kantor di rumah

kantor di rumah (Small Office Home Office) adalah Solusi Bisnis untuk kita bersama. Analisa, Strategi, Promosi dan Ikhtiar ber-bisnis mandiri kita bahas bersama di sini.

Jl. Prof DR Lafran Pane No.26, Cimanggis, Depok. | SMS +62-812-8000-7019

Membangun bisnis mandiri skala International

Membangun bisnis mandiri Eksportir Indonesia bersama pebisnis Korea, China dan Malaysia.

http://eksportir-indonesia.com | email:eksportir.indonesia@gmail.com

Bersama kita bisa...!!!

Bersama-sama membangun Bisnis Mandiri untuk mendapatkan Kebebasan Waktu dan Kebebasan Finansial bersama komunitas kantor di rumah.

Komunitas Kantor di Rumah: http://facebook.com/kantor.di.rumah.

Kebebasan Waktu dan Kebebasan Finansial

Dengan memiliki Bisnis Mandiri yang baik dan stabil, kebebasan waktu dan kebebasan finansial dapat kita miliki sehingga kita memiliki waktu yang berkualitas untuk beribadah dan keluarga.

Dari Rumah hingga ke mancanegara

Dengan ide yang cemerlang, kita bisa memiliki bisnis dari kantor di rumah hingga ke Mancanegara...

http://eksportir-indonesia.com

Showing posts with label membangun bisnis. Show all posts
Showing posts with label membangun bisnis. Show all posts

Kerjasama Tiga Sisi dalam Berusaha

Komunitas yang besar dan bahkan juga organisasi-organisasi masa Islam yang besar dengan anggota puluhan juta orang disaat ini seolah tidak berdaya melawan cengkerangan konglomerasi dan kapitalisme global. Hal ini bisa jadi disebabkan karena dalam bermuamalah kebanyakan mereka terkotak-kotak dan terlalu fokus pada satu atau dua sisi saja.

Padahal Islam memiliki solusi yang komprehensif – full tiga dimensi – atau kita sebut kerjasama tiga sisi untuk lebih mudahnya divisualisasikan – dalam mengatasi seluruh permasalahan finansial yang dihadapi umat ini.

Kerjasama Tiga Sisi dalam Berusaha

Tiga sisi tersebut dapat diilustrasikan sebagai segitiga di atas.

Sisi pertama untuk kegiatan sosial, tentu kita sudah sangat familiar dengan zakat, infaq, shadaqah dan wakaf atau biasa disebut ZISWAF. Begitu besar sumber dana ZISWAF ini, namun seolah-olah belum berperan dalam memutar ekonomi umat.

Padahal salah satu unsur ZISWAF yaitu wakaf, mestinya bisa digerakkan untuk  kepentingan umat yang lebih luas. Misalnya untuk membuat pasar agar terbangun lokomotif ekonomi umat ini – yang menarik gerbong-gerbong kemakmuran. Untuk membuat jalan raya atau infrastructur lainnya, agar umat tidak tercengkeram kapitalisme di jalan – masak di setiap ruas jalan umat harus membayar ? dlsb.

Sisi kedua adalah sisi komersial, begitu banyak bentuk-bentuk syirkah, mudharabah atau qirad yang akan sesuai untuk berbagai jenis muamalah komersial antar umat. Sisi komersial ini yang sudah banyak dielaborasi oleh teman-teman di bank syariah, asuransi, pasar modal dlsb.

Sisi ketiga yang sebenarnya tidak kalah pentingnya adalah sisi accidental, namun sisi ini yang paling sedikit di-elaborasi di jaman ini – padahal ini bisa menjadi kunci jawaban dari perbagai permasalahan yang dihadapi umat di jaman ini.

Sisi ketiga ini dibutuhkan utamanya untuk menghadapi resiko-resiko yang terkait dengan mumalah ataupun kehidupan pada umumnya. Misalnya ketika kita belajar usaha bareng – seperti komunitas dengan 10,000 anggota tersebut di atas misalnya – masing-masing menghadapi resiko kegagalan usaha.

Ketika ada anggota yang gagal, hingga kini mereka terpuruk sendirian dan belum ada mekanisme untuk menolongnya. Padahal mestinya mereka bisa berta’awun – tolong menolong untuk menghadapi kegagalan itu secara bersama-sama.

Dalam sejarah Islam tolong menolong menghadapi kegagalan perjalanan dagang – oleh berbagai sebab ini biasa dilakukan dengan membayar kontribusi, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam-pun membayar kontribusi ini dari keuntungan yang diterimanya ketika berdagang dengan Modal dari Khadijah. Bahkan system sejenis yang disebut  aaqilah juga dilakukan untuk membayar uang darah, untuk penebusan tentara yang ditawan musuh dlsb.

Masyarakat yang ikut berkontribusi dalam aaqilah membayar kontribusi untuk mendapatkan jaminan aaqilah. Aaqila ini ada sejak pra Islam, namun kemudian juga dipakai di era Islam karena manfaatnya yang besar.

Aplikasi Aaqilah atau Ta’awun ini bisa dipakai untuk mengatasi berbagai persoalan yang tidak terpecahkan oleh system ekonomi kapitalisme sekarang. Misalnya bagaimana para pemula usaha mendapatkan santunan – minimal untuk bisa bertahan hidup – dari komunitas (calon) pengusaha – bila dia setelah berusaha maksimal dan dengan pembinaan para mentor/coach-nya – tetapi tetap gagal.

Bisa juga digunakan oleh para petani, mendapatkan jaminan dari sesama petani –bila gagal panen – mesikpun mereka sudah sungguh-sungguh bekerja dengan lahan dan tanaman yang sesuai.

Tolong menolong demikian sangat di-encourage dalam Islam dan bahkan mendapatan jaminan pertolongan Allah bagi para pelakuknya : “Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut menolong saudaranya.” (Hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu)

System tolong menolong seperti ini antara lain akan menjadi feature yang ingin kita bangun untuk mendorong orang mau atau berani terjun ke usaha dan menciptakan peluang bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Selain tiga sisi tersebut, ada produk-produk gabungan atau produk yang berada diantaranya.

Pinjaman atau Qard misalnya, meskipun harus dikembalikan – seperti muamalah komersial – tetapi nilainya separuh dari shadaqah dalam hadits : “ Setiap dua pinjaman yang diberikan oleh seorang Muslim, bernilai satu shadaqah “ (hadits Ibnu Majjah dan Ibn Hibban).

Bahkan di riwayat lain disebutkan bahwa pinjaman itu bernilai 1.8 kali shadaqah : “Dari Anas bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “Pada saat Mi’raj saya melihat tulisan di pintu surga yang berbunyi ‘ setiap shadaqah diberi pahala sepuluh kali lipat, dan setiap pinjaman diberi pahala delapan belas kali lipat’. Saya bertanya : “ ya Jibril, mengapa pinjaman diberi pahala lebih dari shadaqah ?” , dia menjawab : “karena orang bisa minta shadaqah padahal dia tidak membutuhkannya, sedangkan peminjam hanya meminjam karena dia memang membutuhkannya”. (hadits Ibnu Majjah dan Al-Bayhaqi)

Firman Allah juga menyampaikan secara detail dan terperinci agar kita meng-administrasi-kan atau menuliskan dengan baik dan benar dalam ber-mu'amalah:

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu".
(QS Al-Baqarah: 282)

"Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan".
(QS Al-Baqarah: 283)

Dengan banyaknya solusi keuangan dan permodalam dalam Islam tersebut diatas, mestinya umat ini bisa mengunggulkan system keuangannya jauh di atas system keuangan ribawi saat ini – keyakinan kitalah yang akan membangunnya. InsyaAllah.

Kantor di Rumah, www.kantor-di-rumah.com

Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

Perjalanan ke 5 Benua

Bila engkau mampu berjalan terus kebarat, melewati ujung paling barat dari negeri barat, maka engkau akan menemukan ujung paling timur dari negeri timur…”. 

Kalimat nasihat ini benar secara geografis dan benar pula secara filosofis.  Secara geografis karena bumi ini bulat, bila kita berjalan terus kebarat, kita sampai juga ke belahan bumi bagian timur. Secara filosofis benar karena segala sesuatunya telah diciptakan oleh Sang Pencipta secara berpasang-pasangan, bersama kesulitan ada kemudahan.  Maka Sang Pemimpin memulai pekerjaannya dengan secara harfiah melakukan perjalanan panjang menemui rakyatnya di lima benua, dimulai dengan perjalanan ke barat.

Benua pertama yang dikunjungi adalah benua Amerika, dia prioritaskan benua ini karena dari sinilah asal muasal kebangkrutan negeri-negeri sebelumnya.  Di belahan utara benua ini dia temui negeri yang di abad sebelumnya memimpin dunia dengan teknologi, ekonomi dan militernya. Tetapi justru karena inilah mereka sombong, mereka bertindak seolah-olah polisi dunia yang bisa menyatakan siapa yang salah dan siapa yang benar, menghukum yang dia pandangnya salah meskipun tanpa mereka bisa buktikan,  mendukung yang mereka anggap benar – sekalipun seluruh dunia menyatakannya  bersalah.

Negeri adikuasa yang adigung adiguna ini rupanya keropos di dalam, negeri ini hancur oleh kebangkrutan ekonominya yang merupakan komplikasi dari hutang-hutang yang menumpuk, ekonomi yang ribawi yang juga penuhmaisir dan gharar. Pusat bisnis kebanggaan mereka yang dikenal sebagai Jalan Tembok, tidak lebihnya seperti casino raksasa.

Kepada rakyatnya yang berdomisili di benua ini, Sang Pemimpin menasihatkan untuk meninggalkan perilaku sombong, meninggalkan riba, maisir (perjudian) dan gharar (spekulatif) dan mulai menggunakan keunggulannya di masa lalu dalam hal inovasi teknologi dan kreativitasnya untuk menggerakkan sektor riil.

Selanjutnya Sang Pemimpin menyeberangi laut ke barat, dikunjunginya benua kecil di antara timur dan barat – orang menyebutnya benua ini Australia.  Dia jumpai masyarakatnya yag pandai bertani dan berternak di tanah-tanah yang luas karena penduduknya sedikit. Sayangnya di benua ini kehidupan sosial masyarakatnya rusak karena tidak dibimbing dengan panduan hidup dari Sang Maha Kuasa.

Kepada rakyat yang bermukim di negeri ini, Sang Pemimpin menasihatkan agar mempelajari agama dengan benar – pelajari sampai akar-akarnya – sampai mereka bisa memperoleh petunjuk akan jalan hidup yang bisa membawa kebahagiaan yang sesungguhnya.

Sang Pemimpin-pun melanjutkan perjalanannya kearah barat laut menuju ujung timur dari negeri timur,  negeri-negeri ini berada di benua yang namanya Asia, benua yang ditinggali oleh bangsa-bangsa yang sangat beragam. Beberapa di antara mereka adalah pemain ekonomi yang sangat kuat di masa lampau, tetapi mereka ini hidup materialistis – nyaris tidak mengenal Sang Penciptanya. Di negeri-negeri Asia ini masih banyak penduduk yang menyembah dewa-dewa, menyembah patung dan bahkan salah satu negeri yang masyarakatnya sangat rasional dan maju di bidang ekonomi dan teknologi-pun, ternyata malah masih menyembah matahari.

Di sebagian benua Asia ini Sang Pemimpin juga menemukan bangsa di negeri kepulauan yang nampaknya sudah mengenal  Sang Penciptanya dengan lumayan baik, namun amalan mereka nampaknya belum banyak. Ini terlihat dari negeri mereka yang kaya raya dengan sumber alamnya, tetapi rakyatnya miskin – bahkan wanita-wanitanya yang seharusnya dilindungi di rumah-rumah mereka, malah sebagian mereka harus pergi ke negeri lain meninggalkan anak dan keluarganya hanya untuk mencari pekerjaan.

Ditemuinya pula bangsa yang hidup di padang pasir yang gersang, tetapi mereka memiliki sumber daya alam melimpah yang sangat dibutuhkan bangsa-bangsa lain di dunia yaitu energi.  Namun justru karena kekayaan ini mereka pada lalai, para pemimpin mereka hidup bergelimpangan dengan harta, rakyatnya-pun dimanja sehingga etos kerja dan daya saing mereka rendah. Bahkan sebagian mereka punya kebiasaan buruk tidur dari pagi hari sampai siang menjelang tengah hari,  mereka paham agamanya tetapi tidak pula melaksanakannya. Agama mereka mengajarkan berpagi-pagi mencari rizki, kitab mereka secara eksplisit menyebutkan bahwa malam untuk istirahat dan siang untuk bekerja – tetapi mereka abaikan petunjuk ini semua. Hasilnya mereka kaya dari mengeruk isi bumi, bukan karena kaya produktif dari kerja keras mereka sendiri.

Kepada rakyat yang hidup di Asia ini Sang Pemimpin menyerukan agar yang masih menyembah dewa-dewa, patung-patung dan bahkan matahari untuk belajar mengenal tuhan Sang Pencipta yang sesungguhnya, melalui jalan yang paling masuk akal untuk mereka – bukan sekedar mengikuti para pendahulu mereka. Kepada yang sudah mengenal tuhannya dengan benar, Sang Pemimpin sangat menganjurkan untuk memahami petujuk-petunjukNya sebaik mungkin, kemudian bekerja sesuai petunjuk itu – agar mereka bisa menjadi umat unggulan di muka bumi.

Sang Pemimpin melanjutkan perjalanannya ke barat,  dia jumpai benua yang dihuni oleh bangsa-bangsa yang sangat maju dalam bidang teknologi dan terbuka dalam hal pemikiran. Dijumpai pula pemimpin tertinggi dari agama yang banyak dianut di muka bumi ini.  Kepada pemimpin agama ini Sang Pemimpin menyampaikan agar memberi kesempatan kepada para pengikutnya untuk mendalami dan meneliti asal usul agama mereka, semakin mereka diberi kebebasan untuk mencari yang sedalam-dalamnya – maka mereka akan lebih dekat kepada kebenaran yang sesungguhnya.

Perjalanan dilanjutkan Sang Pemimpin ke arah barat daya, dijumpainya benua yang sangat besar namun gersang yang disebut Afrika.  Karena kegersangannya pula benua ini menjadi pusat-pusat kemiskinan dan kelaparan nyaris sepanjang masa. Tetapi benua ini pernah makmur, belasan abad silam di benua ini pernah terjadi suatu masa dimana mencari orang miskin-pun sulit. Sang Pemimpin tahu dari sejarah bahwa masa kemakmuran tersebut adalah ketika benua ini berada dalam naungan pemerintahan yang adil – pemerintahan yang menggunakan undang-undang dan system hukum yang sama dengan yang digunakan di negeri baru.

Maka untuk rakyat di benua ini Sang Pemimpin kehilangan kata-katanya karena merasa kesedihan yang luar biasa, dia takut tidak bisa berbuat adil, dia takut kalau tidak bisa berbuat adil maka kemakmuran tidak akan kunjung datang ke benua yang satu ini, dia takut karena ketidakadilannya  bisa membuat satu saja jiwa meninggal karena kelaparan – dia tidak bisa mempertanggung jawabkan amanah yang diembankan ke pundaknya.

Setelah perjalanan ke lima benua ini dia lalui, Sang Pemimpin kini mengenal rakyatnya seperti mengenal anak-anaknya sendiri. Dia bisa merasakan betapa berat penderitaan yang diderita oleh sebagian rakyatnya, dan betapa berat tanggung jawabnya sebagai pemimpin mereka.


Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

Membangun Bisnis Mandiri adalah Seni ?

Revolusi industri hampir tiga abad terakhir telah membawa dunia pada tingkat kemajuan yang kita nikmati sekarang. Revolusi industri ini membawa perubahan besar pada jenis pekerjaan utama masyarakat, yang semula didominasi petani menjadi didominasi buruh industri dan pekerja kerah putih penunjangnya. Kita yang hidup di jaman ini menyaksikan perubahan berikutnya, yaitu pergeseran ke arah dominasi industri jasa – yang dominan kini bukan lagi buruh atau pekerja tetapi para ‘seniman’, kok bisa ?

Yang saya maksud dengan ‘seniman’ disini tentu bukan pekerja seni yang mengasilkan karya lukis, karya musik, karya pertunjukan dlsb. Yang saya maksud seniman adalah siapa saja yang berkarya orisinal dari kreativitas dirinya sendiri, dengan karya yang belum ada sebelumnya, karya indah yang bukan hanya si seniman sendiri yang tahu keindahannya tetapi juga orang lain bisa menikmati keindahannya.

Karya seniman adalah karya yang dihasilkan dari hati, diwujudkan dengan sebuah komitmen pribadi yang tinggi, karya yang merefleksikan sang seniman karena awalnya memang memang lahir dari dia – atau dia yang membesarkannya.

Ibarat sebuah perjalanan, karya seniman ini adalah perjalanan yang belum ada di peta, perjalanan yang penuh resiko karena memang belum ada yang menempuh sebelumnya. Justru dia sang seniman-lah yang akan membuat peta, untuk kemudian orang lain mengikutinya.

Sekarang perhatikan mulai dari yang ada di  sekitar Anda, mulai dari sistem operasi komputer yang Anda gunakan untuk membaca tulisan ini, facebook, twitter, google dlsb. yang dengannya Anda menemukan tulisan ini dst. semuanya adalah karya seni yang luar biasa, original, indah dan tidak terhitung jumlah orang yang bisa ‘menikmati’ manfaatnya.

Pertanyaannya adalah itu semua kan karya orang lain – ya para seniman tadi. Lantas apa karya Anda ?

Di sinilah challenge itu. Selama Anda mempersepsikan diri Anda sebagai buruh atau pegawai di era industri,  maka Anda akan tetap bekerja pada set of rules yang sudah ada – yang dibuat oleh orang lain. Karena sudah ada yang membuatkan peta pekerjaan Anda sampai juga karir Anda, maka aman bagi Anda bila mengikuti peta itu. Tetapi sebagaimana perjalanan menggunakan peta yang sudah ada, perjalanan terjauh Anda adalah ya yang ada di peta itu.

Sebaliknya bila Anda rela menempuh perjalanan baru, diluar dari peta yang sudah pernah dibuat oleh orang lain – maka perjalanan ini memang penuh resiko – tetapi bisa juga membawa Anda ke tempat yang sama sekali baru yang belum pernah ditemukan oleh orang lain sebelumnya.

Software computer, google, facebook, twitter dlsb. adalah karya para seniman yang rela menempuh perjalanan baru yang penuh resiko. Andapun insyaallah bisa menggambar peta Anda sendiri dan menempukan tempat-tempat yang baru, yang belum pernah dijamah oleh manusia – bila Anda bukan hanya seorang pekerja tetapi Anda adalah seorang ‘seniman’ itu.
Wa Allahu A’lam.

http://eksportir-indonesia.com

Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

Restorasi Kemakmuran Umat


Membangun kembali kemakmuran umat di atas tanah subur yang saat ini telah dizolimi oleh manusia. Sekaranglah saatnya kita berubah untuk menjadi manusia yang berguna bagi umat, alam dan teknologi.


Dengan nikmat sehat dan nikmat waktu (kesempatan) yang ALLAH SWT berikan kepada kita dengan potensi alam di sekitar kita, saatnya kita membangun http://kantor-di-rumah.com untuk kesejahteraan umat dan mencapai bisnis mancanegara http://eksportir-indonesia.com




Restorasi Kemakmuran Jawa from Noer Rachman Hamidi on Vimeo.


Ada do’a yang dicantumkan di halaman akhir Al-Qur’an yaitu Do’a Khatmil Qu’ran, yang penggalan artinya kurang lebih berbunyi“Ya Allah jadikanlah umur terbaik hamba di penghujungnya, jadikanlah amal terbaik hamba di penutupnya, jadikanlah hari-hari terbaik hamba hari bertemu dengan Engkau di dalamnya”.

Do’a ini mengisyaratkan perlunya kita untuk selalu dalam kondisi memperbaiki diri secara terus menerus sampai akhir hayat kita. Dalam hal apa kita perlu terus memperbaiki diri?, dalam hal mencapai tujuan dari akhir hidup kita.


Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

Mengapa Kita harus Menanam...? (Nasihat Rasulullah SAW)

Umat ini memiliki sumber Ilmu yang bisa digali tanpa habisnya, yaitu Al-Quran dan Al Hadits. Sebagai agama akhir zaman, sumber Ilmu tersebut juga kita yakini akan selalu valid dan up-to-date sampai kapanpun. Dengan sumber ilmu yang begitu agung dan komprehensive tersebut, tidak seharusnya umat ini menjadi jajahan dunia barat - paling tidak di bidang ekonomi dan pemikiran.

Tantangannya adalah bagaimana mengamalkan ilmu yang kita gali dari sumber-sumber yang agung tersebut; jangan sampai justru umat lain - yang membenci Islam - yang duluan mengamalkan apa yang seharusnya kita amalkan.

Revolusi hijau lebih pantas kita duluan yang mengembangkan dan mengaplikasikannya karena kita punya konsep Muzara'ah yang sudah sangat detil ditulis ilmunya oleh para ulama kita terdahulu. Perintah untuk bercocok tanam secara sungguh-sungguh-pun sudah ada di surat Yusuf 43-48. Lantas yang kurang apa ?, ya amal itu lagi yang kurang.

Kalau kita sungguh-sungguh mengamalkan ajaran kita, maka bukan Amerika yang akan memimpin dunia; tetapi kitalah yang akan memimpin dunia – mungkin bukan pada zaman kita, tetapi janji Allah pasti benarnya. Tinggal kita memilih peran kita, ikut sebagai sebab atau puas hanya sebagai akibat.

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS 3:139).

Amerika masih akan sibuk merumuskan Code Green atau Revolusi Hijau mereka; Untuk kita hal ini sudah tamat dibuat; blue-printnya, aturan mainnya dlsb. sudah sangat jelas ditulis para ulama dengan mengikuti Al-Qur'an dan Al Hadits; kita tinggal mengamalkannya.

"Tidak ada bagi seorang muslim yang menanam tanaman, kemudian ada burung atau manusia, atau binatang ternak memakannya, kecuali baginya sedekah" HR. Bukhari Muslim.

Bayangkan kalau masing-masing kita bisa mengelola pertanian setelah itu mengelola peternakan, dengan kemampuan kita membuat pupuk dan pakan (mengamalkan manfaat dari rerumputan al-falfaa QS An Naba-16) dengan bahan baku dari keduanya (dedaunan dan kotorannya) dan menjadi kebutuhan yang saling silang mengisi untuk keduanya (pertanian dan peternakan), maka kita telah menjadi "petani yang memiliki lahan dengan ekosistem yang sempurna"  – berapa banyak burung, hewan dan manusia bisa mengambil manfaatnya ? Selain kita sendiri juga mendapat manfaat tentunya.

Di negara-negara maju justru para petani adalah umat yang paling makmur kehidupannya dan mampu memberikan manfaat untuk diri, keluarga dan masyarakat. Berbeda sekali dengan di negara kita...!! Penyebab perbedaan tersebut adalah bagaimana kita mau belajar, mengamalkan (ikhtiar) dan mengajarkan (dakwah) ilmu dalam mengelola pupuk, pakan dan air.

Semoga Allah memudahkan kita merealisasikan niat yang sungguh-sungguh ini.
Wallahu A'lam

http://eksportir-indonesia.com

Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:


Mau menjadi korban 30 tahunan?

Ketika Mesir bergolak karena rakyat sudah tidak tahan lagi dengan tirani 30 tahun yang mereka derita dalam rezim Husni Mubarak. Mereka mungkin belajar dari Indonesia tahun 1998, ketika kita waktu itu mengalami hal yang serupa untuk periode rezim yang kurang lebih mirip yaitu 32 tahun. Pertanyaan adalah mengapa setelah 30 tahun-an orang berani melakukan perubahan? Inilah yang terjadi di kita pada umumnya, kita hidup bersama gajah di ruang tamu kita, tetapi kita enggan untuk mengusirnya.

Bukan hanya rakyat Indonesia ataupun rakyat Mesir, tidak sedikit pekerja yang merasa tertekan dan terjajah dalam pekerjaannya, tetapi sebagian besar mereka baru bisa memerdekakan diri juga setelah 30 tahunan: setelah pensiun. Bila anda mulai bekerja pada usia 23 tahun dan pensiun pada usia 55 tahun, maka anda bekerja selama 32 tahun, setara dengan satu masa Orde Baru atau rezimnya Mubarak! Maka alangkah sayangnya bila di usia terbaik anda tersebut, anda tidak merdeka untuk berbuat yang terbaik menurut anda sendiri.

Lantas apa faktornya yang membuat orang harus menunggu 30 tahun-an untuk bisa 'merdeka'?

Pertama, tidak banyak yang punya keberanian. Di Indonesia misalnya sudah ada gerakan mahasiswa yang berani menentang pemerintah sejak tahun 70-an; tetapi jumlah mereka saat itu kurang banyak sehingga mudah ditumpas.

Kedua, karena tidak banyak dukungan. Keberhasilan gerakan mahasiswa tahun 1998 adalah juga karena banyaknya dukungan masyarakat luas dan para tokoh-tokoh masyarakat. Saya ingat saat itu bahkan ada seorang ibu yang setiap hari membukusi nasi untuk dikirim ke anak-anaknya dan teman-teman anaknya yang berhari-hari demo di Senayan. Hal ini tidak terjadi di tahun 1970-an.

Ketiga, adalah karena 'complacency'. Orang merasa puas dengan apa yang ada sehingga enggan melakukan perubahan. Orang-orang yang merasa diuntungkan dengan adanya rezim yang ada baik di Indonesia sampai tahun 1998, maupun di Mesir sampai awal tahun 2011, tentu mereka tidak senang dengan arah perubahan yang ada. Dan, mereka inilah yang menjadi penghalang atas upaya perubahan itu.

Tiga faktor: keberanian, dukungan dan complacency tersebut ternyata juga menjadi penyebab yang sama seseorang bisa 'terjajah' dalam pekerjaannya selama 30 tahunan sampai pensiun.
Banyak sekali pekerja yang tidak nyaman dengan pekerjaannya, tertekan karena harus melaksanakan sesuatu yang tidak sejalan dengan hatinya. Akan tetapi sebagian besarnya tidak cukup keberanian untuk melakukan perubahan, baik secara internal di dalam lingkungan tempat bekerja ataupun melompat keluar dan menciptakan pekerjaannya sendiri.

Lingkungan dekat juga tidak selalu mendukung karena istri, anak-anak, apalagi orangtua dan para mertua anda, mungkin akan menjadi penentang pertama ketika anda mengutarakan niat keluar dari pekerjaan untuk berwiraswasta. Bagi orang-orang generasi orangtua kita dan generasi para mertua kita, yang masih terimbas pengaruh feodalisme, menjadi priyayi atau pegawai adalah pekerjaan yang terbaik menurut mereka. Mereka akan cenderung enggan memberikan dukungan pada anak dan menantunya untuk mulai merintis usahanya sendiri.

Penyebab ketiga; Complacency umumnya diderita para pekerja yang sudah mapan, karena umumnya untuk mereka ini semua biaya ditanggung perusahaan. Semua urusan ada yang membereskan, maka mengapa mau bercapek-capek mulai segala sesuatu dari nol?

Terlepas dari berbagai permasalahan tersebut, kita akan bersyukur bila bisa 'memerdekakan' diri lebih cepat dari teman-teman seangkatan kerja tanpa harus menunggu 30-an tahun bekerja sampai pensiun, baru merdeka dari pekerjaan-pekerjaan yang tidak sepenuhnya sejalan dengan hati kita.

Jadi masihkah kita harus menunggu sampai usia pensiun untuk bisa 'merdeka' dan memulai berkarya di perusahaan kita sendiri, yang bisa jadi ada di cita-cita kita sedari muda? Kini mungkin waktu yang tepat untuk kita pikirkan secara serius. Berpikirlah seperti takyat Indonesia tahun 1998 dan rakyat Mesir 2011, bahwa kita bisa 'merdeka' sekarang!

Kita bisa memulai berkarya dengan ber-kantor di rumah ( http://kantor-di-rumah.com ) dan bisa memiliki bisnis mancanegara ( http://eksportir-indonesia.com ). Silahkan ambil keputusan anda sedini mungkin.
Wallahu A'lam.

Note:
Bagi anda yang menginginkan sharing membangun bisnis mandiri bersama, silahkan mengirimkan email ke nrachmanbiz@gmail.com


Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

...agar Harta itu jangan hanya berputar diantara orang-orang kaya...

Kali ini saya ingin mengingatkan diri saya sendiri dan mudah-mudahan juga berguna untuk para pembaca blog ini. Dengan gigihnya kita memperjuangkan mata uang yang Adil dari Emas dan Perak, kita juga jangan sampai terjebak dalam perilaku menimbun emas. Di tulisan saya sebelumnya, saya juga mengingatkan jangan sampai harta kita justru menjadi liability di akhirat....


Dalam Islam harta kita harus bergerak sehingga memberi manfaat bagi kita sendiri maupun orang lain yang juga mempunyai hak atas harta kita. Manfaat berputarnya harta ini saya coba jelaskan dengan persamaan pertukaran atau equation of exchangeyang juga sudah saya singgung sebelumnya. Persamaan tersebut adalah
 M x V = P x Q dimana M = jumlah uang, V= Perputaran uang ; P = Tingkat Harga dan Q = jumlah barang dan jasa. Saya ingin menggunakan persamaan ini untuk menjelaskan sistem ekonomi yang berbasis Dinar dan Dirham dan dimana bunga bank dianggap haram (dan memang haram !). 

Dalam ekonomi yang berbasis Dinar, M akan cenderung tetap karena tidak seperti uang kertas yang bisa dicetak kapan saja dan berapa saja. Untuk mencetak Dinar diperlukan emas asli yang tentu jumlahnya tidak banyak. Diperkirakan hanya ada sekitar 150 ribu ton emas diseluruh dunia saat ini dan setiap tahunnya diperkirakan hanya bertambah sekitar 1.5% dari penambangan emas di seluruh dunia. Perak memang jumlahnya tentu lebih besar dari emas, namun juga terbatas.

Dengan scenario Allah yang telah membuat emas dan perak yang jumlahnya terbatas dan tersebar relatif merata di seluruh dunia – bahkan Amerika Serikat pun yang menganggap dirinya negara adikuasa hanya menguasai sekitar 8,000 ton emas saja atau 5.3 % dari emas dunia – maka seharusnya kemakmuran-pun merata.

Dengan tidak naiknya M, sementara Q atau output harus naik secara gradual sejalan dengan pertumbuhan penduduk dunia dan P relatif tetap (harga barang-banrang apabila dibeli dengan emas akan cenderung tetap dalam jangka panjang), maka harus ada yang bergerak mengimbangi gerakan Q atau output tersebut. Tinggal satu faktor yang belum bergerak yaitu V, disinilah rahasianya ekonomi Islam, mengapa Islam sangat mendorong perputaran uang yang cepat dari satu tangan ke tangan lainnya. Lebih jauh lagi perputaran ini harus luas tidak hanya berputar di golongan tertentu saja sesuai Ayat Al-Quran 59:7 “….agar harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya diantara kamu…”.

Segala kebutuhan manusia, termasuk jumlah emas di seluruh dunia untuk memenuhi kebutuhan mata uang penduduknya, ternyata juga sudah diatur sedemikian rupa sesuai scenario Allah SWT sehingga akan selalu mencukupi. Diungkapkan oleh Allah dalam Al-Qur’an QS 54: 49 “ Sesungguhnya, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”. Hal ini juga bisa dibuktikan dari satitistik jumlah penduduk dunia dibandingkan dengan jumlah emas yang tersedia sebagaimana ditunjukkan di grafik berikut :
<![if !vml]><![endif]>Sumber : Gold Sheet Mining Directory .Trend Jumlah Penduduk Dunia dan Kumulatif Jumlah Emas Yang Ada Di Permukaan Bumi.

Dari grafik tersebut kita bisa lihat bahwa ternyata emas memang tersedia cukup bagi umat manusia sepanjang zaman; hanya keserakahanlah yang membuatnya bisa tidak mencukupi.

Cepatnya perputaran uang dalam ekonomi Islam ini juga digambarkan dalam suatu Hadits dimana Rasulullah SAW suatu pagi selesai sholat subuh buru-buru pulang kemudian balik lagi ke Masjid untuk melanjutkan dzikir dan doa’nya. Ketika sahabat ada yang bertanya, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa ia tadi buru-buru karena ingat ada uang tiga Dirham yang belum disedekahkan.

Pada hadits lain dari Abu Huraira : Rasulullah SAW bersabda , “ Jika saya memiliki emas sebesar gunung Uhud, saya tidak akan suka kecuali setelah tiga hari tidak tersisa satu Dinar pun yang ada pada ku apabila ada orang lain yang berhak menerimanya dariku, kecuali sejumlah yang akan aku pakai untuk membayar utangku”. (HR. Bukhari)

Dua contoh diatas menggambarkan seberapa cepat uang seyogyanya berputar diantara kaum muslimin. Apabila uang tersebut uang kecil putaran ini ukurannya satu hari, apabila uang besar atau kekayaan yang banyak maka putarannya tiga hari. Artinya uang bagi kaum muslimin hendaklah terus bergerak, baik itu untuk konsumsi, di sedekahkan/diinfakkan ataupun diinvestasikan untuk kegiatan produktif.

Jadi menggunakan Dinar sebagai alat investasi dan alat mempertahankan nilai, tidak boleh berarti menimbunnya. Batasan yang boleh dan yang tidak sudah saya jelaskan pada tulisan 
sebelumnya 

Dari sini kita tahu bahwa tugas berikutnya setelah Dinar dan Dirham ini berada ditangan masyarakat secara luas, kita harus mulai benar-benar menggunakannya dalam bermuamalah sehari-hari....kita pikirkan caranya...yang penting kita mulai saja yang kita tahu, nanti biarlah Allah akan memberi tahu apa yang kita belum tahu.

Wallahu A’lam bis Showab.

Disadur dari tulisan Ustadz Muhaimin Iqbal


Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

Harta Kita, Aset atau Liability? (di Akhirat)

Ini nasihat untuk diri saya sendiri yang mungkin juga berguna bagi anda yang membaca blog ini.

Ketika Rasulullah SAW mendapatkan pertannyaan dari sahabatnya tentang apa yang harus di nafkahkan, Allah menurunkan wahyu kepada RasulNya untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban Al-Afwa – seluruhnya (yang lebih dari keperluan) – QS 2:219. Kemudian di ayat-ayat lain Allah mengancam orang-orang yang tidak menafkahkan hartanya di Jalan Allah (lihat QS 104:1-3 ; QS 9:24 ; QS 9:34-35).

Dengan perintah menafkahkan harta di jalan Allah beserta ancamannya apabila tidak melakukan yang demikian, tidak berarti juga kita boleh mentelantarkan diri, keluarga dan ahli waris kita. Ada empat penggunaan harta yang dibatasi seperlunya, yaitu :

1) Untuk diri sendiri : lihat QS 57:27 dan QS 7:32 dan juga hadits Rasulullah SAW yang berbunyi “Sungguh jasadmu punya hak atas kamu, matamu punya hak atas kamu, istrimu punya hak atas kamu, dan tamumu-pun punya hak atas kamu “ HR. Bukhari.
2) Untuk keluarga sebagaimana dalam hadits :’ Mulai sedekahmu pada orang yang menjadi tanggunganmu” HR. Bukhari.
3) Untuk mengantisipasi kebutuhan dharurat sebagaimana hadits : “Pegang sebagian hartamu, hal ini dianjurkan untukmu (sebagai cadangan untuk kebutuhan masa depan)”. HR. Bukhari – Kitab Zakat
4) Untuk Ahli Waris sebagaimana ayat “ Hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka kawatir terhadap (kesejahteraan) mereka”. dan juga hadits Rasulullah yang berbunyi :”meninggalkan tanggungan (keluargamu) dalam kemakmuran adalah lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam kondisi miskin dan bergantung pada belas kasihan orang lain. Setiap pengeluaranmu untuk keluargamu adalah sedeqah meskipun hanya sesuap makanan yang engkau suapkan ke mulut istrimu”. (HR. Bukhari – Kitab Wasiyat)

Empat hal tersebut boleh dan bahkan dianjurkan, namun kriteria batasannya adalah seperlunya. Penggunaan harta yang tidak dibatasi dengan kriteria ‘seperlunya’ adalah hanya untuk kebutuhan Fi Sabilillah seperti dalam QS 2:219 tersebut diatas.

Lantas bagaimana kita mengetahui kebutuhan yang seperlunya tersebut ?; Setiap diri kita dilengkapi ilham oleh Allah swt. sebagaimana ayat “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya” (QS 91:8). Ilham ini juga berlaku untuk mengetahui tingkat ‘keperluan’ harta kita untuk 4 hal tersebut diatas. Mata hati kita tahu sebenarnya berapa yang kita butuhkan untuk diri sendiri, keluarga, dan ahli waris.

Hanya saja untuk mengantisipasi kebutuhan keluarga kita, kebutuhan anak kita untuk sekolah 18 tahun yang akan datang menjadi sulit kalau kita menggunakan alat ukur yang tidak adil – yang tidak memiliki nilai daya beli tetap dalam rentang waktu yang menengah panjang. Untuk rencana pendidikan anak kita sampai selesai S1 yang sekarang baru lahir kita butuhkan berapa ? tentu tidak mudah apabila kita gunakan nilai Rupiah ataupun Dollar dalam perhitungannya – karena daya beli nilai uang kertas tersebut terus mengalami penurunan dari waktu ke waktu.

Disinilah perlunya umat Islam menggunakan uangnya sendiri yang adil sepanjang zaman, yang memiliki daya beli tetap sejak zaman Rasulullah SAW sampai sekarang yaitu Dinar dan Dirham.

Dengan menggunakan mata uang atau timbangan yang adil, kita dapat mengalokasikan harta kita secara adil pula untuk 4 hal yang dibatasi ‘keperluan’ tersebut diatas dan sisanya kita harus infaqkan di jalan Allah ; atau terus diputar dalam usaha namun hasilnya memang diniatkan untuk infaq di jalan Allah.

Dengan timbangan yang adil berupa Dinar dan Dirham tersebut kita berharap semoga Asset kita di dunia tetap menjadi asset di Akhirat karena kita infaqkan sesuai haknya, kita juga berlindung dari asset dunia yang menjadi liability di Akhirat. Wallahu A’lam bi Showab. Ini nasihat untuk diri saya sendiri yang mungkin juga berguna bagi anda yang membaca blog ini.

Wallahu A’lam bi Showab.


Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas: