kantor di rumah

kantor di rumah (Small Office Home Office) adalah Solusi Bisnis untuk kita bersama. Analisa, Strategi, Promosi dan Ikhtiar ber-bisnis mandiri kita bahas bersama di sini.

Jl. Prof DR Lafran Pane No.26, Cimanggis, Depok. | SMS +62-812-8000-7019

Membangun bisnis mandiri skala International

Membangun bisnis mandiri Eksportir Indonesia bersama pebisnis Korea, China dan Malaysia.

http://eksportir-indonesia.com | email:eksportir.indonesia@gmail.com

Bersama kita bisa...!!!

Bersama-sama membangun Bisnis Mandiri untuk mendapatkan Kebebasan Waktu dan Kebebasan Finansial bersama komunitas kantor di rumah.

Komunitas Kantor di Rumah: http://facebook.com/kantor.di.rumah.

Kebebasan Waktu dan Kebebasan Finansial

Dengan memiliki Bisnis Mandiri yang baik dan stabil, kebebasan waktu dan kebebasan finansial dapat kita miliki sehingga kita memiliki waktu yang berkualitas untuk beribadah dan keluarga.

Dari Rumah hingga ke mancanegara

Dengan ide yang cemerlang, kita bisa memiliki bisnis dari kantor di rumah hingga ke Mancanegara...

http://eksportir-indonesia.com

Showing posts with label entrepreneur. Show all posts
Showing posts with label entrepreneur. Show all posts

Ikhtiar kita dalam menghadapi Krisis


Kita tahu bahwa krisis finansial global sampai saat ini belum jelas ujung penyelesaiannnya. Di dalam negeri kita nampak adem ayem, karena tahun ini ada dua gawe besar negeri ini yaitu pemilu legislatif dan pemilu eksekutif. Jadi nggak ada yang ingin citranya rusak gara-gara krisis.

Tetapi realita pahitnya sudah mulai nampak; hampir setiap hari kita membaca berita buruh yang dirumahkan, PHK karyawan dan lain sebagainya.

Semoga hal ini tidak menimpa perusahaan atau diri Anda; namun apa yang Anda akan lakukan bila yang terjadi adalah sebaliknya ? bila perusahaan tempat kerja Anda terancam bangkrut terkena imbas krisis finansial global dan Anda harus kehilangan pekerjaan ?.

Jangan keburu sedih dahulu !. kalau Anda sabar dalam menerimanya- bisa jadi ini awal kebaikan bagi Anda.

Pertama saran saya carilah buku do’a dan dzikir Rasulullah SAW (kalau Anda belum punya). Yang paling sederhana dan straight forward adalah Al-Ma’tsurat yaitu kumpulan do’a-do’a yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Buku ini diterbitkan oleh beberapa penerbit dengan berbagai versi dan ukuran – pilih yang Anda comfortable.

Di dalam Al-ma’tsurat tersebut banyak sekali do’a yang indah-indah untuk dibaca pagi dan petang; yang paling penting untuk melawan krisis ini adalah di do’a berikut :

Allahumma innii a’udzubika minal hammi wal khazan, wa a’udzubika minal ‘adzji wal kasal, wa a’udzubika minal jubni wal bukhl, wa a’udzubika min ghalabati al-daini wa khohri al rijaal.

“Ya Allah saya bersungguh-sungguh berlindung kepadaMu dari rasa susah dan sedih, dan aku berlindung kepadaMu dari rasa lemah dan malas, dan aku berlindung kepadamu dari sifat pengecut dan kikir, dan aku berlindung kepadamu dari lilitan hutang dan tekanan orang lain.”

Sambil kita mohon pertolongan dan Do’a kepadaNya, yang harus kita lakukan adalah ikhtiar yang sungguh-sungguh.

Sadarilah bahwa ‘kebangkrutan’ perusahaan besar tempat Anda bekerja sebelumnya bisa jadi memang sudah seharusnya terjadi. Perusahaan-perusahaan besar (yang bangkrut tersebut) rata-rata bagus pada jenis pekerjaan atau produk yang telah lewat; tetapi belum tentu bagus untuk pekerjaan/produk masa kini maupun masa datang.

Untuk masa kini dan masa datang dibutuhkan usaha-usaha kecil yang dapat bergerak cepat dan luwes. Inilah peluang Anda untuk menciptakan usaha-usaha kecil yang dapat bergerak sangat cepat dan luwes ini dibidang keahlian Anda masing-masing.

Masih belum punya ide usaha ?; jangan pula khawatir - Anda tidak harus memulai segala sesuatunya dari nol.

Ada kearifan jawa – yang konon bisa jadi waktu penjajahan Jepang dahulu – Jepang belajar dari kearifan ini dan dan dijadikan oleh-oleh kenegerinya, yang kemudian membuat mereka sangat maju selepas perang dunia II – wow -! Apa itu ?.

Ada yang menyebut kearifan ini 4 N, ada yang menyebutnya 3 N karena dua diantaranya mirip.

  • N-pertama adalah "namatke" yaitu memperhatikan usaha atau produk orang lain yang sudah maju.
  • N-kedua adalah "niteni" atau memperhatikan sambil mengidentifikasi cirri-ciri atau karakter usaha atau produk yang sudah sukses. N Pertama dan N yang kedua ini yang sering juga digabung.
  • N-ketiga adalah "nirokke" atau menirukan dari usaha atau produk yang sudah berhasil di pasar.
  • N-keempat adalah "nambahi" yaitu menambahkan atau memodifikasi model usaha atau produk yang sudah teruji di pasar.

Kalau dengan meniru (dan nambahi) saja Jepang bisa sangat maju seperti sekarang, apalagi kalau Anda punya ide-ide yang orisinil, maka insyaallah Anda akan memiliki peluang sukses yang sangat besar - di kala dunia sedang krisis sekalipun.

Syaratnya apa untuk kesuksesan ini ?; ya kembali ke do’a yang diatas tadi. Anda tidak perlu bersedih; Anda tidak boleh lemah dan malas, Anda harus menjadi pemberani dan tidak kikir, Anda tidak perlu mengandalkan hutang pada siapapun sehingga Anda bisa bebas dari tekanan orang lain !. Wallahu A’lam.

Kantor di Rumah, www.kantor-di-rumah.com

Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

Membangun Penguasaan Pasar Mandiri


Sebelum Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan kaum Muhajirin hijrah ke Madinah, ekonomi masyarakat Madinah berada dalam cengkeraman kaum Yahudi. Mereka menguasai perdagangan antar kota/negara, pertanian, perdagangan pakaian, tenun, perdagangan emas lengkap dengan industri kerajinan dari emas maupun besi. Yang lebih-lebih mencekik penduduk sampai para pemuka masyarakat Madinah adalah industri keuangan mereka saat itu – yaitu peminjaman uang dengan bunga/riba yang sangat tinggi. Sounds familiar isn’t it ?

Tentu saja kondisi tersebut familiar dengan kita yang hidup dijaman ini, lha wong apa yang terjadi di Madinah pra Hijrah tersebut memang sangat mirip dengan system ekonomi yang kita hadapi saat ini. Bedanya saat itu Yahudi hadir secara fisik di Madinah dan mencengkeram penduduknya dengan kekuatan ekonomi mereka. Sedangkan kita di negeri ini saat ini, bukan Yahudi fisik yang mencengkeram kita – cukup systemnya saja yang di-adopt di sana-sini – maka itupun cukup untuk menyandra ekonomi kita dalam genggaman ‘system’ mereka.

Kemiripan situasi Madinah pra Hijrah tersebut dengan situasi kita saat ini dapat kita sarikan dari penjelasannya Abul A’la Al-Maududi  dalam The Meaning of the Qur’an sebagai berikut Secara ekonomi orang Yahudi jauh lebih kuat dari orang-orang Arab (Madinah pra Hijrah). Mereka datang dari negeri yang lebih maju dari sisi budaya seperti Palestina dan Syria, mereka mengetahui banyak ketrampilan yang saat itu belum dikuasai oleh penduduk Madinah.

Mereka menguasai perdagangan dengan dunia luar, mereka bisa mendatangkan  biji-bijian ke Yathrib dan Hijaz , juga mengekspor kurma kering ke negeri-negeri lainnya. Peternakan unggas dan perikanan juga mereka kuasai, demikian pula dengan per-tenun-an. Mereka menguasai perdagangan emas serta kerajinannya, juga kerajinan besi. Dari semua ini ini Yahudi memperoleh keuntungan yang sangat tinggi, namun lebih dari itu – pekerjaan utama merekalah yang paling menjerat masyarakat Arab Madinah dan sekitarnya.

Pekerjaan utama mereka ini adalah meminjamkan uang dengan bunga yang sangat tinggi. Para kepala suku dan tetua Arab-pun hidup dalam kemegahan – dengan uang pinjaman Yahudi yang penuh dengan bunga berbunga - yang tentu saja menjadi sangat sulit diselesaikan.” Kondisi ini masih berlangsung sampai beberapa saat pasca Hijrahnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan kaum Muhajirin ke Madinah. Puncaknya ada dua kejadian yang kemudian menjadi titik balik penguasaan Ekonomi di Madinah.

Kejadian pertama adalah pasca perang Badr ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengunjungi pasar terbesar di Madinah saat itu yaitu pasarnya Bani Qainuqa’; Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diejek mereka dengan ucapan mereka : “ Wahai Muhammad, jangan tertipu dengan kemenanganmu, karena itu (perang Badar) lawan orang yang tidak berpengalaman dalam perang, maka kamu bisa unggul karenanya. Tetapi  demi Tuhan, bila kami berperang dengan engkau maka engkau akan tahu bahwa kamilah yang perlu engkau takuti”. (Dikutip dari Buku Muhammad, karya Abu Bakr Siraj al-Din).

Kejadian  kedua adalah ketika seorang wanita Muslimah dilecehkan di pasar Bani Qainuqa’ yang sama. Akibatnya terjadi perkelahian yang hebat antara Yahudi dan  Muslim yang membantu wanita tersebut. Kejadian inilah yang berujung pada pengusiran Bani Qainuqa’ dari Madinah. Kedzaliman ekonomi di pasar yang dikuasai oleh  (system) Yahudi yang juga berujung pada pelecehan harga diri kaum muslimin seperti in tentu tidak bisa dibiarkan berlama-lama, maka waktunyalah kaum muslimin juga berjaya di pasar.

Tetapi bagaimana caranya ? Cara terbaiknya tentu juga mengikuti persis yang dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan para sahabatnya dari kaum Muhajirin maupun Anshar. Bagaimana dibawah kepemimpinan dan tauladan dari beliau, posisi kaum Muslimin bisa berbalik 180 derajat. Dari orang Arab yang semula lemah dan terbelenggu ekonomi dhalim dan ribawinya Yahudi, menjadi orang-orang yang perkasa bukan hanya di medan perang tetapi juga di lapangan ekonomi.

Minimal ada dua hal yang sangat relevan untuk kita contoh di jaman ini yang insyaAllah juga akan mengunggulkan umat ini di lapangan ekonomi pasar jaman ini.

Yang pertama adalah menyadarkan umat ini bahwa alasan kita diciptakan oleh Allah hanyalah agar kita mengabdi kepadaNya semata.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu.” (QS 51:56).

Karena kita diciptakanNya hanya untuk beribadah kepadaNya semata, maka seluruh aspek kehidupan kita adalah dalam konteks ibadah. Dari sinilah kemudian muncul konsep bekerja juga merupakan ibadah, konsep ini pula yang kemudian membangun etos kerja yang kuat bagi para Sahabat beliau baik kaum Muhajirin maupun Anshar.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam terus mendorong etos kerja para sahabatnya seperti sabda beliau:

“Tidak ada seorang yang memakan suatu makananpun yang lebih baik dari makanan hasil usaha tangannya sendiri. Dan sesungguhnya nabi Allah Daud Alaihi Salam memakan makanan dari hasil usahanya sendiri” (Shahih Bukhari)

Kemudian juga hadits :

“ Tidaklah seorang muslimpun yang bercocok tanaman atau menanam suatu tanaman lalu tanaman itu dimakan burung atau manusia atau hewan melainkan itu menjadi shadaqah baginya”. ( Shahih Bukhari).

Ini semua menjadi pemicu kerja keras muslim yang kemudian menguasai segala bidang keahlian yang dibutuhkan untuk membangun kekuatan ekonomi – tanpa terperdaya oleh kepentingan jangka pendek duniawi semata.

Hal yang kedua adalah contoh nyata yang diberikan langsung oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh umatnya. Kedhaliman dan kesombongan yang berpusat di pasar yang dikuasai oleh Yahudi dalam contoh tersebut di atas misalnya, mendorong Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk survey langsung kondisi pasar-pasar pada umumnya dan langsung pula memberikan solusinya.

“Diceritakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pergi ke pasar Nabaith kemudian beliau melihatnya dan bersabda : “Bukan seperti ini pasar kalian”. Kemudian beliau pergi ke pasar lain lagi dan melihatnya, beliaupun bersabda : “Bukan seperti ini pasar kalian”. Kemudian beliau kembali lagi ke pasar, beliau berputar mengelilinginya dan bersabda : “Ini adalah pasar kalian, jangan dipersempit dan jangan dibebani””. (Sunan Ibnu Majah, hadits no 2224).

Ada setidaknya tiga hal utama yang menjadi pembeda antara pasar Yahudi dengan pasar kaum muslimin:
  1. Pasar kaum muslimin tidak dipersempit (falaa yuntaqashanna),
  2. Tidak dibebani dengan berbagi pungutan ( wa laa yudhrabanna)  dan
  3. Adanya pengawas pasar yang disebut Muhtasib atau lembaganya disebut Al-Hisbah.

Tiga hal inilah yang kemudian selain menjadi pembeda juga menjadi motor penggerak kemajuan ekonomi umat Islam saat itu :
  • Pasar yang tidak dipersempit maksudnya adalah pasar yang tidak dikurangi luasnya dengan berbagai bangunan yang menjadi hak orang-orang tertentu saja, umat yang kaya maupun yang miskin harus mempunyai kesempatan yang sama untuk bisa berdagang di pasar. Tidak boleh menghalangi orang yang akan masuk kepasar, tidak boleh pula mendorong orang keluar dari pasar.
  • Pasar yang tidak dibebani adalah agar tidak ada beban pajak ataupun pungutan-pungutan lain yang memberatkan para pedagang. Agar para pedagang lebih banyak bisa memutar hartanya, yang kemudian juga berarti memutar ekonomi secara luas. Meningkatkan kemakmuran bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga masyarakat luas melalui ekonomi yang berhasil diputarnya.
  • Sedangkan fungsi Al-Hisbah adalah untuk menjaga agar syariat jual beli ditaati oleh seluruh pelaku pasar sehingga keteraturan dan keadilan terjadi di pasar. Begitu pentingnya peran pengawasan pasar ini sehingga di awal-awal perkembangan masyarakat Islam di Madinah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri yang terjun langsung sebagi Muhtasib mengawasi pasar. Baru belakangan tugas ini diteruskan oleh Umar bin Khattab (yang mulai mengawasi pasar bahkan ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam masih hidup) dan kemudian diikuti oleh khalifah-khalifah sesudahnya.
Pertanyaan berikutnya adalah, lantas hal konkrit apa yang bener-bener bisa kita lakukan di jaman ini untuk bisa mengembalikan kejayaan umat ini – seperti umat Islam di Madinah pasca Hijrahnya Nabi dan kaum Muhajirin kesana ?

Dahulu orang-orang Arab Madinah pra hijrahnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, terpuruk dan terbelenggu ekonominya oleh penguasaan pasar dan praktek ribawinya Yahudi. Kemudian dibebaskan dan diunggulkan dengan tauhid yang sempurna, bahkan sampai bekerja-pun dalam konteks ibadah.  Juga dilengkapi dengan contoh amal nyata yang dibutuhkan sesuai jamannya – yaitu antara lain penyiapan pasar bagi kaum muslimin yang menjadi akses kemakmuran bagi umat yang luas.

Maka saat inipun tetap relevan bagi umat yang hidup di jaman ini untuk mencontoh langsung solusi yang diberikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tersebut di atas. Kita perlu menanamkan makna yang lebih tinggi dalam seluruh aktivitas kita sehari-hari, termasuk ketika kita bekerja, bertani maupun berdagang. Bahwa ini semua adalah semata hanya dalam konteks beribadah kepadaNya. Ibadah inipun kemudian perlu dilengkapi dengan amal nyata yang menjadi solusi jaman ini.

Bila prakteknya pasar yang ada kini tidak satupun yang memenuhi syarat falaa yuntaqashanna walaa yudrabanna, sedangkan pasar yang seperti ini sangat dibutuhkan agar umat ini bisa memenuhi kebutuhannya secara adil, tidak terdholimi dan terlecehkan oleh (system) Yahudi atau sejenisnya – maka sesuatu yang dibutuhkan umat ini menjadi fardhu kifayah bagi pemimpin negeri ini atau orang yang mampu untuk menyediakannya.

Pasar Nabi luasnya sekitar 5 ha (500 m x 100 m) – agar bisa menampung semua orang yang perlu datang ke pasar – perlu kekuatan besar untuk pengadaannya Di tempat-tempat strategis di sekitar Jabodetabek, dibutuhkan dana yang luar biasa besar untuk menghadirkan pasar fisik yang bisa menampung semua orang tersebut.

Bila di Jaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam saja dibutuhkan 5 ha pasar, bisa dibayangkan berapa luasan pasar yang kita butuhkan sekarang agar semua orang punya akses pasar yang sama ?. Namun Subhanallah kebenaran Islam itu terbukti untuk sepanjang jaman. Di jaman modern dengan harga tanah selangit seperti sekarang ini, ternyata pasar fisik yang memenuhi kriteria  falaa yuntaqashanna walaa yudrabanna sepenuhnya-pun dapat diwujudkan dengan bantuan teknologi, dan tidak perlu membutuhkan dana yang terlalu besar. Asal mau saja, setiap muslim bisa terlibat dalam pengadaaan pasar bagi umat ini.

Pasar atau tempat bertemunya penjual dan (calon) pembeli bisa dibantu dengan teknologi, untuk kemudian mereka bertemu dan bertransaksi secara fisik di tempat atau lokasi yang disepakati bersama. Bisa pembeli datang ke penjual atau sebaliknya. Konsep inilah yang kemudian telah kami konkritkan dalam bentuk pasar virtual menggunakan internet seperti www.kantor-di-rumah.com , www.eksportir-indonesia.com dan www.ukmcentre.com .

Untuk mengunggulkan umat ini, contoh konkrit solusinya begitu jelas datang dari Uswatun Hasanah kita. Prinsip dasar solusinya tetap sama yaitu aqidah yang kemudian antara lain melahirkan amal shaleh yang sesuai dengan kebutuhan jamannya. Tools-nya saja yang bisa berbeda sesuai jamannya, bila dahulu pasar fisik itu ya bener-bener fisik dari ujung ke ujung. Kini pasar fisik itu bisa tetap fisik transaksinya sehingga seluruh syariat jual beli bisa dilaksanakan secara sempurna seperti adanya khiyar-nya dlsb., namun pertemuannya antara penjual dan pembeli bisa saja difasilitasi atau diperkenalkan melalui teknologi.

Lantas siapa yang menjadi Muhtasib dan mengawasi perdagangan modern seperti ini ? Di negeri ini memang sudah banyak yang mengawasi pasar berupa departemen, institusi maupun dinas-dinas di pemerintahan daerah. Namun tidak ada yang mengawasinya terkait dengan ketaatan terhadap syariat. Riba misalnya jelas-jelas melanggar syariat, tetapi tidak ada satupun institusi pengawas  pasar negeri ini yang menindak pelaku riba.

Jadi dengan bantuan teknologi seperti yang antara lain sudah kami siapkan. Anda bisa menjadi stilumalator kebangkitan ekonomi umat dalam upaya membebaskan umat dari kedhaliman, ketidak adilan pasar dan dari lilitan ekonomi kapitalisme ribawi – yang telah membelenggu umat-umat di dunia hampir seabad terakhir ini.

Kondisi yang dihadapi umat ini saat ini hanya bisa diperbaiki dengan cara sebagaimana umat ini dahulu diperbaiki. Maka bila masyarakat Madinah bisa diperbaiki dari keterpurukan menjadi masyarakat pemenang dan masyarakat pembebas dunia pasca terjadinya Hijrah, dengan fondasi tauhid yang sama dan amal Islami yang mencontoh petunjuk yang sama – mestinya umat di jaman inipun bisa diunggulkan kembali. InsyaAllah

Kantor di Rumah, www.kantor-di-rumah.com

Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

‪Mencoba berfikir‬ Out of the Box


“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.” (QS 31:20).

Dengan bumi seisinya yang ditundukkan Allah untuk kepentingan kita ini, bukan hanya kita harus bisa menundukkan masalah-masalah besar yang dihadapi negeri ini – tetapi kita juga harus bisa mengeksplorasi peluang-peluang besarnya.

Laut yang telah ditundukkan Allah untuk kita misalnya, mestinya menjadi karunia besar bagi kita karena dari 5.18 juta kilometer persegi wilayah negeri ini, 63 %-nya adalah laut.

Tetapi sama dengan ketika kita melihat hujan sebagai musibah padahal seharusnya berkah, laut-pun dipandang demikian. “laut yang memisahkan kita” adalah ungkapan yang keliru karena mestinya “laut yang menghubungkan kita”.

Transportasi yang paling efisien adalah transportasi laut. Di laut kita tidak perlu membuat jembatan, tidak perlu mendaki bukit kemudian turun lagi, tidak perlu membangun rel dan tidak perlu membangun terowongan bawah tanah yang sangat mahal seperti yang sekarang sedang dibangun pemerintah DKI.

Tidak perlu disubsidi, tidak perlu di-encouraged – transportasi laut by nature-nya sudah berupa transportasi massal. Bayangkan kalau Jakarta adalah sebuah pulau yang terpisah dari Depok, Bekasi, Tangerang dan Banten – maka transportasi satu-satunya ke Jakarta adalah menggunakan transportasi massal berupa ferry, tidak perlu berjubel orang-orang sekitar Jakarta setiap pagi memadati kota dengan mobil-mobil besar yang ditumpangi oleh satu atau dua orang saja.

Maka sesunggunya kita beruntung memiliki negeri dengan belasan ribu pulau yang saling berdekatan, penghubung antar pulau berupa laut tersebut akan membuat ekonomi negeri ini berjalan sangat efektif dan efisien sebenarnya karena distribusi barang menggunakan ‘transportasi massal’ yang nyaris tidak memerlukan infrastruktur seperti jalan, jembatan, terowongan dan sejenisnya.

Penggunaan bahan bakarnya juga sangat efisien karena kendaraan yang berjalan ‘berlayar’ di lautan selain tidak naik turun juga tidak mengalami gesekan yang besar seperti bila kendaraan jalan di darat.

Bayangkan dampaknya bila kita mulai merubah visi ‘laut sebagai pemisah’ menjadi ‘laut sebagi penghubung’ saja, pertumbuhan ekonomi akan merata ke seluruh pulau-pulau yang belasan ribu jumlahnya tersebut. Penduduk akan menyebar mengikuti penyebaran pertumbuhan ekonomi. Jakarta akan menjadi lengang seperti lengangnya musim lebaran, Jawa akan bisa moratorium pembangunan industri sehingga bisa fokus untuk penanaman bahan pangan seperti padi dlsb.

Bangsa ini akan bisa menjadi bangsa yang besar bila kita bisa menundukkan segala permasalahan yang kita hadapi, dan ini mestinya tidak akan susah-susah amat karena semuanya sudah ditundukkan olehNya untuk kita. Yang kita perlukan sekarang tinggal (kembali) secara sungguh-sungguh mengikuti jalanNya. InsyaAllah.


Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

Sikap kita dalam mengatasi Krisis

Kita tahu bahwa krisis finansial global sampai saat ini belum jelas ujung penyelesaiannnya.  Di dalam negeri kita nampak adem ayem, karena lebih suka mengurusi pesta demokrasi yang ini dan itu. Jadi nggak ada yang punya waktu mengurusi krisis.

Realita pahitnya sudah nampak; hampir setiap hari kita membaca berita buruh yang dirumahkan, PHK karyawan dan lain sebagainya.

Sikap kita dalam mengatasi Krisis
Sikap kita dalam mengatasi Krisis
Semoga hal ini tidak menimpa perusahaan atau diri Anda; namun apa yang Anda akan lakukan bila yang terjadi adalah sebaliknya ? bila perusahaan tempat kerja Anda terancam bangkrut terkena imbas krisis finansial global dan Anda harus kehilangan pekerjaan ?.

Jangan keburu sedih dahulu !. kalau Anda sabar dalam menerimanya- bisa jadi ini awal kebaikan bagi Anda.

Pertama saran saya carilah buku do’a dan dzikir Rasulullah SAW (kalau Anda belum punya). Yang paling sederhana dan straight forward adalah Al-Ma’tsurat yaitu kumpulan do’a-do’a yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.  Buku ini diterbitkan oleh beberapa penerbit dengan berbagai versi dan ukuran – pilih yang Anda comfortable.

Di dalam Al-ma’tsurat tersebut banyak sekali do’a yang indah-indah untuk dibaca pagi dan petang; yang paling penting untuk melawan krisis ini adalah di do’a berikut :

Allahumma innii a’udzubika minal hammi wal khazan, wa a’udzubika minal ‘adzji wal kasal, wa a’udzubika minal jubni wal bukhl, wa a’udzubika min ghalabati al-daini wa khohri al rijaal.

“Ya Allah saya bersungguh-sungguh berlindung kepadaMu dari rasa susah dan sedih, dan aku berlindung kepadaMu dari rasa lemah dan malas, dan aku berlindung kepadamu dari sifat pengecut dan kikir, dan aku berlindung kepadamu dari lilitan hutang dan tekanan orang lain.”

Sambil kita mohon pertolongan dan Do’a kepadaNya,  yang harus kita lakukan adalah ikhtiar yang sungguh-sungguh.

Sadarilah bahwa ‘kebangkrutan’ perusahaan besar tempat Anda bekerja sebelumnya bisa jadi memang sudah seharusnya terjadi. Perusahaan-perusahaan besar (yang bangkrut tersebut) rata-rata bagus pada jenis pekerjaan atau produk yang telah lewat; tetapi belum tentu bagus untuk pekerjaan/produk masa kini maupun masa datang.

Untuk masa kini dan masa datang dibutuhkan usaha-usaha kecil yang dapat bergerak cepat dan luwes. Inilah peluang Anda untuk menciptakan usaha-usaha kecil yang dapat bergerak sangat cepat dan luwes ini dibidang keahlian Anda masing-masing.

Masih belum punya ide usaha ?; jangan pula khawatir - Anda tidak harus memulai segala sesuatunya dari nol.

Ada kearifan jawa – yang konon bisa jadi waktu penjajahan Jepang dahulu – Jepang belajar dari kearifan ini dan dan dijadikan oleh-oleh kenegerinya, yang kemudian membuat mereka  sangat maju selepas perang dunia II – wow -! Apa itu ?.
  • memperhatikan usaha atau produk orang lain yang sudah maju.
  • memperhatikan sambil mengidentifikasi cirri-ciri atau karakter usaha atau produk yang sudah sukses.
  • menirukan dari usaha atau produk yang sudah berhasil di pasar.
  • menambahkan atau memodifikasi model usaha atau produk yang sudah teruji di pasar.
Kalau dengan meniru (dan nambahi) saja Jepang bisa sangat maju seperti sekarang, apalagi kalau Anda punya ide-ide yang orisinil, maka insyaallah Anda akan memiliki peluang sukses yang sangat besar - di kala dunia sedang krisis sekalipun.

Syaratnya apa untuk kesuksesan ini ?; ya kembali ke do’a yang diatas tadi. Anda tidak perlu bersedih; Anda tidak boleh lemah dan malas, Anda harus menjadi pemberani dan tidak kikir, Anda tidak perlu mengandalkan hutang pada siapapun sehingga  Anda bisa bebas dari tekanan orang lain !.

Wallahu A’lam.

http://goo.gl/P2yVi
www.kantor-di-rumah.com

Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

Musibah oleh Perbuatan Kita Sendiri

Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). QS 42:30

Musibah oleh Perbuatan Kita Sendiri
Musibah oleh Perbuatan Kita Sendiri
Di kala dunia lagi sibuk mengatasi krisis ini, kita di Indonesia masih asyik berpesta pora menghabiskan dana yang nggak kehitung jumlahnya. Setelah pesta ‘demokrasi’ yang ini selesai lanjut lagi dengan pesta yang itu...!, jumlah yang kecewa akan berpuluh kali lipat dari yang bergembira.

Mengapa ?, karena setiap kursi yang diperebutkan mereka harus bersaing dengan puluhan bahkan ratusan kandidat lainnya. Padahal masing-masing kandidat telah menguras harta kekayaannya untuk kursi yang mereka perebutkan tersebut. Maka tepatlah langkah antisipatif yang dilakukan oleh rumah sakit- rumah sakit jiwa (RSJ) di berbagai daerah yang berbenah dan bersiap kebanjiran tamu dari para mantan calon anggota legislative ini.

Dua masalah yang berbeda ini saya gabung dalam satu tulisan karena diantara keduanya ada benang merah persamaannya. Yaitu mereka menciptakan musibah bagi diri (atau bangsa) mereka sendiri seperti ayat yang saya kutip di awal tulisan ini.

Para pemimpin dunia berusaha mengatasi problem yang dihadapi oleh ekonomi kapitalisme ribawi – padahal ekonomi yang ribawi ini sudah dijanjikan kehancurannya oleh Allah Ta’ala pencipta kita semua. (QS 2 : 276 & 279)

Para caleg yang sangat ingin (tetap) menjadi Anggota Legislative dengan mengeluarkan seluruh sumber daya yang dimilikinya, mudah-mudahan mereka sadar tentang apa tugas mereka setelah benar-benar terpilih.

Tugas utama anggota legislative adalah membuat undang-undang atau membuat hukum; padahal muslim yang membaca Al-Qur’an dan mengerti maknanya tentu tahu bahwa kalau kita berhukum kepada hukum selain hukum Allah – maka menurut Al-Qur’an kita dihukumi sebagai kafir (QS 5 :44) , dhalim (QS 5:45) dan fasik (QS 5:47). Kalau yang berhukum (yang menggunakan) saja dihukumi seperti ini, lantas apa hukumnya bagi orang yang membuat hukum diluar hukum Allah tersebut ?, lantas apa pula hukumnya bagi orang yang membantu (memilih) mereka untuk menjadi pembuat hukum selain hukum Allah ?. Biarlah pertanyaan ini jadi renungan kita masing-masing menjelang hari pemilihan minggu depan.

Nasihat kecil ini barangkali berguna bagi sebagian besar calon (karena sebagian besarnya tentu tidak akan kepilih); bersyukurlah Anda bila nanti tidak kepilih. Bisa jadi Allah Ta’ala sedang sayang kepada Anda sehingga Anda diselamatkan olehNya, bisa jadi pula kalau Anda kepilih malah membuat musibah untuk diri dan bangsa Anda sendiri. Buatlah kecewa RSJ-RSJ yang telah siap menerima Anda, karena Anda tidak kunjung datang, karena Anda bukannya stress malah bersyukur dan berbahagia dengan tidak menjadi anggota legislative. Berterima kasih pulalah Anda pada saudara-saudara Anda yang tidak memilih Anda, karena dengan demikian mereka telah ikut berpartisipasi menyelamatkan Anda dengan ijin Allah.

Lebih baik mencari rejeki yang banyak melalui "jalur perdagangan", kita investasikan modal kita melalui cara yang benar dan insyaAllah kita akan dapat memberikan upah yang banyak kepada orang-orang yang bekerja untuk kita yang juga akan menjadi amalan sodaqoh kita. Janganlah kita berinvestasi modal besar untuk mendapatkan keuntungan yang besar melalui "jalur pengabdian", dimana kita bekerja untuk menerima upah. Kondisi inilah yang menyebabkan maraknya korupsi dimana-mana.

Hidup ini pilihan, bila Anda memilih sebagai hamba abdi atau penerima upah, Anda adalah follower (pengikut) dari yang memberikan upah untuk Anda, pemberi upah tersebut bisa para pedagang/pengusaha atau rakyat/negara. Sadarlah bahwa Anda harus bekerja dengan ikhlas sesuai dengan komitmen tanggung jawab dan upah yang Anda terima, Janganlah berharap terlalu tinggi yang mengakibatkan musibah untuk diri Anda.

Bila Anda memilih sebagai pedagang/pengusaha, Anda adalah leader (pemimpin) yang insyaAllah akan memakmurkan umat dari jalur produksi dan  perdagangan dari hasil investasi modal dan waktu yang dapat menggerakkan stimulus perekonomian negara dan memberikan upah kepada para pekerja yang mengikuti (follower) Anda. Berharaplah setinggi mungkin kepada Allah SWT, karena Andalah pendekar-pendekar kemakmuran umat yang telah bersedia menjadi penggerak roda perekonomian negara.

Wallahu A’lam.


Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

Janganlah kita mengabaikan ketika petunjuk itu datang

Janganlah kita mengabaikan ketika petunjuk itu datang.
Janganlah kita mengabaikan ketika petunjuk itu datang
Janganlah kita mengabaikan ketika petunjuk itu datang
Seorang pendaki gunung nan gagah berani mendaki sendirian puncak yang sangat tinggi. Di tengah pendakiannya tiba-tiba kabut tebal menutupi jarak pandangnya, dia terperosok ke jurang sempit yang gelap gulita. Setelah sempat pingsang, dia tersadar sedang bergantung pada tali yang mengikat pinggangnya. Hal pertama yang dia ingat adalah untuk memohon pertolongan kepadaNya.

Dengan badan yang masih lemah entah berapa lama pingsan, dia berdo’a lirih “…ya Rabb-ku, tolonglah aku…” kemudian dia tertidur lagi dengan lunglai, tetapi dalam mimpinya Yang Maha Penolong ‘berkata’ dengan penuh kasih sayang kepadanya : “…apakah engkau yakin Aku bisa menolongmu…?”.

Si pendaki gunung langsung terbangun dan menjawab : “…Ya Rabb, aku yakin Engkaulah yang bisa menolongku…”, kemudian setelah beberapa lama menunggu pertolongan belum datang, dia tertidur lemah lagi. Dalam mimpinya Yang Maha Penolong datang lagi dan berkata : “kalau begitu, potonglah talimu…!”.

Sang pendaki langsung terbangun dan berkata : “…potong tali…?” sambil seolah mempertanyakan petunjuk dalam mimpinya. Dia melihat kanan-kiri, atas dan bawah – semuanya gelap, dia tidak bisa melihat apa-apa. Dia bingung dan lelah, kemudian tertidur lagi.

Dalam tidurnya dia mimpi lagi hal yang sama : “…potonglah talimu…!”, lagi-lagi dia terbangun dan bertanya kembali : “…masak potong tali sih…?” dia melihat sekitarnya tetap gelap dan dia tetap tidak melihat apa-apa. Dia tertidur lagi dan sekali lagi pula dia bermimpi hal yang sama, kali ini dengan nada perintah yang lebih jelas dan lebih keras : “…POTONG TALIMU…!!!”.

Sang pendaki-pun tersentak kaget dan terbangun, tetapi dilihatnya kanan-kiri, atas- bawah tetap gelap dan dia tidak melihat apa-apa. Dalam kegalauan dan kelelahan yang luar biasa dia tertidur lagi untuk selamanya dan tidak terbangun lagi (mati !).

Setelah pencarian beberapa hari tim SAR akhirnya menemukan mayat sang pendaki gunung ini, terikat dipinggangnya – dengan kaki menggantung hanya beberapa sentimeter dari tanah !.
Mengabaikan petunjuk ketika pertolongan datang

Lelaki sang pendaki gunung ini adalah kebanyakan manusia yang merasa perkasa dengan kemampuannya – merasa bisa sendirian mengarungi perjalanan hidupnya, merasa cerdas dengan akalnya sehingga selalu men-challenge petunjukNya, dan merasa paling kuat dengan imannya sehingga tidak merasa perlu untuk selalu memperbaiki keimanannya.

Bila ditanya siapa yang memberi rezeki, dia akan langsung menjawab bahwa Allah-lah sang pemberi rezeki itu – tetapi dia tidak berani meninggalkan pekerjaannya yang bergelimang dengan riba, maisir, gharar, korupsi, nepotisme dan sejenisnya.

Dalam skala negeri yang lagi kacau-pun demikian, yang diharapkan menjadi pemimpin malah saling menelanjangi aib masing-masing, lalu masing-masing-pun berdo’a agar hukum ditegakkan dan keadilan yang akan menang. Masing-masing merasa benar, masing-masing merasa saling terdhalimi – lalu mereka berdo’a dengan harapan keadilan akan datang, mereka merasa berhak atas do’a yang pasti dikabulkan karena merasa dirinya adalah orang-orang yang terdhalimi.

Tetapi ironinya keadilan ini adalah versi mereka sendiri-sendiri, versi undang-undang yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri. Ironinya adalah mereka pada dihukum dengan hukum yang dibuat oleh mereka sendiri.

Mereka berada dalam kegelapan hukum kanan-kiri, atas-bawah, mereka mencari dan memohon keadilan. Namun ketika keadilan itu datang dalam bentuk petunjukNya yang sangat jelas, mereka tidak hiraukan petunjuk itu – mereka challenge petunjuk itu seolah akal merekalah yang lebih unggul. Mereka terus mencari keadilan dalam gelap, terus pula Sang Maha Pengasih dan Penyayang memberi petunjukNya yang semakin-jelas dan semakin jelas, tetapi lagi-lagi petunjuk itu terus tidak dihiraukan.

Maka agar kita selamat dari dampak fitnahnya, janganlah kita mengabaikan ketika petunjuk itu datang kepada kita dengan pesan yang loud and clear : “…POTONGLAH TALIMU…!!!”, tali yang mengikat kita dengan riba, dengan kedhaliman, dengan lingkungan politik yang korup, dengan kapitalisme yang merampas hak – maka potonglah tali itu - tali apapun yang menjadi tempat kita bergantung kepada selain Allah - potonglah dan ikutilah petunjukNya, karena sesungguhnya pertolonganNya itu benar adanya dan bumi Allah itu dekat di bawah kaki kita kemanapun kita berjalan. InsyaAllah.

http://eksportir-indonesia.com

Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

Sulaiman Ar-Rajhi, Konglomerat Muslim Teladan

Sulaiman Ar-Rajhi, Konglomerat Muslim Teladan
Sulaiman Ar-Rajhi, Konglomerat Muslim Teladan
Sulaiman Ar-Rajhi, Konglomerat Muslim Teladan
Jika kita bercita-cita jadi konglomerat maka bisa menjadikan Sulaiman Ar-Rajhi ini sebagai model. Beberapa hal penting yang kami ketahui tentang beliau adalah:
  1. Majalah Forbes menyebutkan kakayaannya 5,9 milyar Dollar dan orang terkaya no 120 di dunia, tetapi beliau tetap tampil dengan sederhana, berpakaian jubah putih bersih yang jauh dari kesan glamour dan berlebihan.
  2. Beliau memulai usaha dari Nol, kehidupan masa kecilnya sangat susah hingga pernah bekerja jadi kuli panggul dan menjual kayu bakar di masa kanak-kanaknya. Tetapi dengan ketekunan, hemat dan kerja keras serta tawakkalnya kepada Allah hingga akhirnya beliau dan saudaranya memiliki “Kerajaan Bisnis Raksasa” di KSA (Kerajaan Sausi Arabia) dan salah satunya adalah Bank Ar-Rajhi; Bank syariah terbesar di Dunia yang ATM-nya tersebar menjamur dan cabangnya terdapat nyaris di semua distrik KSA.
  3. Sangat-sangat dermawan, memiliki Yayasan Amal “raksasa” yang menyalurkan donasinya ke berbagai Negara –sebelum dilarang pasca 11 septmber 2002- sulit menghitung waqaf beliau dan jumlah masjid yang telah dibangunnya, serta donasinya untuk berbagai amal dakwah dan penyebaran ilmu.
  4. Tidak meletakkan kekayaan di hatinya, Bahkan di masa tuanya kini beliau telah membagi sekitar 6,7 trilyun hartanya kepada ahli waris dan kerabatnya serta fakir miskin hingga diibaratkan hanya memilih “pakaian yang melekat di badan” dan asset bisnis yang dikelola para professional yang hasilnya untuk amal social dakwah Islam. Lahir tanpa membawa apa-apa dan siap tidak tergantung pada harta sebelum meninggal.
  5. Dari tetangga dan orang yang tinggal di lingkungannya disampaikan bahwa konglomerat kelas kakap ini selalu termasuk orang-orang yang datang paling awal ke masjid untuk sholat 5 waktu berjamaah, sehingga jika muadzin masjid telat sedikit maka sang konglomeratlah yang adzan. Bandingkan dengan konglomerat lainnya !!
  6. Diantara masjid yang dibangunnya adalah Masjid Ar-Rajhi di distrik Rabwah, masjid ini terbesar ketiga setelah Masjidil Haram Mekah dan Madinah. Bisa menampung 18 ribu jamaah sholat, terdapat berbagai sarana pelayanan masyarakat seperti pusat pemandian dan pengurusan jenazah terbesar di Riyadh, Auditorium untuk seminar dan ceramah agama, perpustakaan berisi 40 ribu jenis buku (bukan judul ya..), tempat tinggal bagi para penuntut ilmu yang datang dari luar kota untuk mengikuti berbagai kajian Islam, menyediakan air zamzam sebagai minuman jamaah dengan kuota 400 galon perminggu, dsb. Dan saat sholat jum’at di lantai dasar dikhususkan untuk sholat jum’at orang asing dimana khutbah langsung diterjemahkan ke berbagai bahasa ; termasuk bahasa isyarat untuk jamaah yang tuna rungu dan tentu saja… bahasa Indonesia.
Semoga Allah Ta’ala merahmati beliau, menerima amalnya, mengampuni kesalahan dan dosanya dan kita semua.

http://eksportir-indonesia.com

Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

Alasan Berhenti Berhutang

Alasan Berhenti Berhutang
Alasan Berhenti Berhutang
Alasan Berhenti Berhutang
Hutang yang disertai riba akan membuat ekonomi biaya tinggi yang berujung pada hilangnya kemakmuran di seluruh dunia. Perusahaan yang berhutang dan harus membayar bunga, mereka akan memasukkan biaya bunga ini pada biaya produksi baik itu barang ataupun jasa. Begitu seterusnya ketika produk tersebut akan dipasarkan oleh jaringan distribusi yang dibiayai dengan hutang berbunga – maka jaringan distribusi-pun menambahkan beban biaya bunganya pada produk yang akan dijual tersebut.

Setiap mata rantai dari produsen, distributor, tansportasi, retailer dst. semua dibiayai dengan hutang yang berbunga dan masing-masing menambahkan biaya bunga pada produk yang akan dijual – maka harga produk menjadi jauh lebih mahal dari yang seharusnya.

Ditengah mahalnya produk yang dibebani mata rantai bunga tersebut, daya beli konsumen juga menurun karena beban hutang consumers yang juga melibatkan bunga – mulai dari credit card, cicilan rumah, cicilan mobil dlsb.

Walhasil harga produk yang mahal tidak terjangkau oleh konsumen yang uangnya sudah banyak berkurang untuk membayar bunga. Produk menjadi banyak yang tidak laku, dan perlu dicarikan pasarnya.

Disemua negara membutuhkan pasar yang seluas-luasnya, maka perebutan pasar inilah yang menimbulkan persaingan keras yang tidak sehat, negara-negara membanting ongkos produksi dengan menurunkan daya beli uangnya yang kemudian menimbulkan inflasi tinggi.

Karena semua negara melakukan hal yang nyaris sama, maka timbulah apa yang disebut tragedy of the common. Hal baik yang dilakukan satu pihak, menjadi musibah bila semua melakukannya. Dampaknya deficit perdagangan akan melemahkan negara-negara yang dahulunya kuat, hutang terus melambung seperti pada ilustrasi tersebut diatas, kekacauan, perang dingin dan perang yang sesungguhnya menjadi sulit terelakkan.

Ketika negara terlibat perang, maka sebagian besar sumber daya yang ada akan dikerahkan untuk membiayai perang – walhasil rakyat yang sudah sengsara dengan krisis ekonomi yang berkepanjangan akan menjadi semakin sengsara ketika negerinya terlibat perang.

Pertanyaannya adalah bagaimana menghentikan scenario yang buruk ini ?, salah satunya adalah menghentikan budaya hutang baik untuk skala negara, korporasi maupun individu. Tetapi bagaimana misalnya secara konkrit mengatasi kebutuhan modal para korporasi yang memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat ?.
PLS-Based Economy and the Wealth Creation...
Perhatikan ilustrasi disamping, hutang-hutang yang berbasis riba tersebut di atas dapat digantikan dengan kerjasama bagi hasil dan berbagi resiko atau disebut Profit & Loss Sharing (PLS) – dalam Islam disebut Syirkah dalam berbagai jenisnya.

Produsen yang dibiayai dengan akad PLS, tidak perlu menambahkan ongkos atau beban bunga pada harga produknya. Bila semua jalur distribusi, transportasi sampai para retailer –nya tidak ada yang membebankan biaya bunga (karena semua didanai dengan kontrak PLS), maka secara keseluruhan harga produk sampai konsumen sama sekali tidak dibebani dengan biaya bunga. Harga produk adalah harga apa adanya ditambah keuntungan yang wajar.

Bila harga produk yang wajar ini dipertemukan dengan konsumen yang daya beli dari penghasilannya juga tidak digerus oleh berbagai beban bunga – maka akan ketemulah produk-produk yang terjangkau oleh masyarakat konsumennya.

Lho para pemodal (shahibul mal) kan perlu dialokasikan bagi hasil juga ? Betul, mereka mendapatkan bagi hasil yang wajar yang jumlahnya tidak dijanjikan di depan. Jumlahnya akan tergantung pada profit margin dari putaran barang atau jasa (turn-over), bukan pada tingginya harga jual. Meskipun margin perdagangan sedikit – tetapi dari perputaran barang dagangan yang cepat – akan lebih baik hasil akhirnya bagi pemodal maupun pengusahanya sendiri.

Karena produk habis terkonsumsi oleh pasar dalam negeri dan hanya sedikit saja yang perlu dipertukarkan antar negara, maka persaingan di pasar akan lebih sehat karena hanya produk-produk yang tidak dihasilkan oleh suatu negara saja yang perlu diimpor. Harga-harga dalam jangka panjang akan lebih stabil karena tidak ada mark-up beban bunga, dan negara-negara tidak perlu terus menerus menurunkan daya beli uangnya hanya untuk bersaing antar negara (currency war).

Negara yang hanya mengimpor produk yang bener-bener tidak bisa dihasilkan oleh negerinya akan cenderung surplus neraca perdagangannya. Negara yang surplus akan bisa terus mengurangi beban hutangnya sampai akhirnya habis dan bisa menjadi negara tanpa hutang. Negara tanpa hutang akan nyaman dengan ekonominya sendiri, tidak perlu ngrusuhi negara lain. Dunia akan damai dan penduduknya akan merasakan kemakmuran.

Maka sungguh benar berita nubuwah dari Rasulullah SAW dalam hadits : " Tidak akan terjadi hari kiamat, sebelum harta kekayaan telah tertumpuk dan melimpah ruah, hingga seorang laki-laki pergi ke mana-mana sambil membawa harta zakatnya tetapi dia idak mendapatkan seorangpun yang bersedia menerima zakatnya itu. Dan sehingga tanah Arab menjadi subur makmur kembali dengan padang-padang rumput dan sungai-sungai " (HR. Muslim).

Bahwa umat ini akan memimpin kemakmuran dunia tersirat dari hadits tersebut diatas – laki-laki yang pergi kemana-mana sambil membawa harta zakatnya – siapakah yang sadar zakat ini selain seorang Muslim ?.

Tetapi sebelum kemakmuran itu bener-bener datang, kita harus memulai hal-hal yang akan menjadi penyebab datangnya kemakmuran itu – salah satunya adalah ya  berhenti berhutang !.

Rakyat seperti kita berhenti berhutang kecuali untuk hal yang bener-benar perlu, perusahaan berhenti berhutang dan menggantinya dengan pembiayaan PLS bila mereka perlu modal, dan negara-pun berhenti berhutang dalam membiayai segala kebutuhannya – insyaAllah masih banyak jalan bisa ditempuh asal ada kemauan politis yang kuat. InsyaAllah !

http://eksportir-indonesia.com

Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

Cashless World: Who Will be Able To Buy & Sell - A Lesson In Prophetic History

Sejumlah tokoh terkemuka Amerika seperti  Benjamin Franklin, Thomas Jefferson, dan Andrew Jackson telah menyerukan perlawanan terhadap kebijakan bank sentral yang hari ini masih berlaku di seluruh Eropa.

Seratus tahun yang lalu, pada tahun 1907 terjadi kepanikan  pada sistem perbankan Amerika karena pengumuman pailit dari bank terkemuka di New York J.P Morgan. Hasilnya? Penarikan besar-besaran nasabah atas uang mereka di seluruh sistem perbankan. Hal ini memaksa bank untuk menarik pinjaman mereka pada kreditor. Kebangkrutan, perpindahan kepemilikan, dan kekacauan finansial pun terjadi.

“Beri saya kewenangan mencetak uang dan mengontrol suplay uang, dan saya tidak peduli siapa yang membuat hukum. (Mayer Amschel Rothschild, Pendiri  Dinasti Perbankan Rothschild)

“Dengan berlanjutnya proses inflasi, pemerintah dapat menyita secara rahasia dan tanpa sepengetahuan kekayaan warga negaranya...Tidak ada cara yang lebih halus dan pasti untuk meruntuhkan basis masyarakat dari menghancurkan mata uangnya. Proses ini melibatkan seluruh kekuatan ekonomi yang terselubung  untuk menghancurkannya  dan belum tentu satu dari satu juta orang dapat mengendusnya.” (John Maynard Keynes)

“Yang kaya berjuang mempertahankan dominasi mereka dan memperbudak yang lain. Mereka selalu melakukannya. Mereka selalu mendapatkan efek yang sama dimanapun jua, bila kita tidak (dengan kekuatan pemerintah) menempatkan mereka pada sistem yang seharusnya. ” (Gubernur Morris of Pennsylvania)

Sebuah Pelajaran dimana George Bush tidak pernah mempelajarinya
“Saya percaya bahwa institusi perbankan lebih berbahaya bagi kemerdekaan kita dibanding angkatan bersenjata …Bila rakyat Amerika sampai memberi izin bank swasta untuk mencetak uang (Bank Sentral AS The Fed adalah bank swasta), maka awalnya akan terjadi inflasi, yang diikuti dengan deflasi, hingga bank dan korporasi mengambil seluruh property rakyat  hingga anak-anak mereka bangun dalam keadaan tidak punya rumah di tanah yang dulunya dikuasai ayah mereka." (Thomas Jefferson – 1743-1826)

“Saya berharap ada kemungkinan untuk melakukan amandemen tunggal terhadap konsitusi kita- mengambil dari pemerintah Federal wewenang mereka untuk memberi utang.” (Thomas Jefferson – 1798)

“Ini tidak hanya masalah warga negara kita yang berhak menerima keamanan dari pemerintah. Lebih dari 8 juta saham bank sentral kita dimiliki oleh orang asing...apakah ini tidak berbahaya bagi independensi kita dalam perbankan, dimana wewenang pemerintah di dalamnya sangat sedikit?....mengontrol mata uang kita, menerima uang dari rakyat, dan menahan ribuan warga negara kita dalam ketergantungan,...ini akan lebih dahsyat dan berbahaya dari kekuatan militer yang ada pada musuh."  (President Andrew Jackson – July 10, 1832)

Ingat kasus Perang Sipil?

Untuk membiayai Perang Sipil di utara ,Lincoln mendekati bank-bank Eropa yang dikelola oleh Rothschilds pada tahun 1861.Mereka meminta bunga (riba) 24% hingga 36% .Lincoln menolak dan sebaliknya meloloskan the Legal Tender Act of 1862.

Dibawah undang-undang baru ini  Lincoln mencetak US$449.338.902 uang bebas bunga,  yang dikenal dengan “Greenbacks”, disebut demikian karena menggunakan tinta yang berwarna hijau.
Greenbacks menjadi alat bayar yang sah untuk melunasi seluruh utang, baik utang publik atau swasta yang digunakan untuk membiayai perang sipil.

(Kita tidak meminjam uang, kita hanya menggunakan uang ini untuk memerangi ketidakadilan)
“Pemerintah harus mengeluarkan, mencetak, dan mengedarkan uang dan utang yang diperlukan untuk memuaskan wewenang pemerintah dalam anggaran belanja... Hak istimewa untuk mencetak uang tidak hanya hak prerogratif tertinggi pemerintah, tetapi ini adalah kesempatan kreatif terbesar. Dengan mengadopsi prinsip ini keinginan tak terbatas kelas menengah dapat dipuaskan. Para pembayar pajak juga akan mendapat keuntungan yang amat besar.…” (Abraham Lincoln)

Sebuah editorial di LONDON TIMES mengungkapkan  sentimen para bankir Eropa :
“Bila kebijakan keuangan yang nakal ini, yang berasal dari Amerika Utara, menjadi kebijakan yang permanen, maka pemerintah dapat menyediakan uangnya sendiri tanpa biaya. Mereka akan dapat melunasi utangnya dan menjadi bebas utang. Hal ini akan membuat pemerintah mendatangkan sejumlah uang untuk menjalankan bisnisnya. Pemerintah akan menjadi kaya tanpa preseden sepanjang sejarah dunia. Otak dan kekayaan seluruh negeri akan lari ke Amerika Utara. Negara itu mesti dihancurkan atau mereka akan menghancurkan setiap monarki di dunia.” ( London Times – 1865)

Pada 1864, Presiden Abraham Lincoln bertemu dengan  Kaisar Rusia, Alexander II (1855 – 1881), dimana sang Kaisar merasa mendapat masalah dengan  Rothschilds seiring dengan penolakannya terhadap upaya gencar Rothschilds untuk menguasai bank sentral Rusia.

President Lincoln meminta Kaisar untuk membantu perang sipil dan Kaisar mengirim sebagian armada kapal untuk berlabuh di New York dan sebagian lainnya berlabuh di California.

Kaisar memberi sinyal yang kuat ke Inggris,Perancis, dan Spanyol bahwa bila mereka menyerang Amerika, maka Kaisar akan berpihak ke  Presiden Lincoln.
Lincoln akhirnya  memenangkan perang sipil.

Pada 1865, dalam sebuah pernyataan ke  Kongres, Presiden Abraham Lincoln menyatakan :
“Saya punya dua musuh, Tentara Selatan di depan saya, dan institusi finansial di belakang. Di antara keduanya, yang di belakang  adalah musuh saya yang terbesar .”
Setahun setelah pernyatann itu  President Abraham Lincoln terbunuh.

“Siapa saja yang mengatur volume uang di negara kita adalah benar-benar master dari seluruh industri dan perdagangan...dan ketika Anda menyadari bahwa seluruh sistem dengan mudahnya dikuasai, dengan satu dan lain cara, oleh segelintir orang kuat di puncak, Anda tidak akan pernah dapat menjelaskan berapa periode inflasi dan depresi akan terjadi.” (President James A. Garfield, 1881)

“Sebuah negara industri yang kuat dikontrol oleh sistem utang. Sistem utang kita terkonsentrasi pada swasta dan pertumbuhan ekonomi negara,  oleh karenanya seluruh aktivitas kita berada di tangan segelintir orang....kita menjadi salah satu negara dengan undang-undang terburuk, satu dari peradaban yang benar-benar dikontrol dan didominasi oleh pemerintah, menjadi negara tanpa kebebasan berpendapat, kebebasan memilih, tetapi negara dengan pendapat yang dipaksakan oleh sebuah kelompok kecil yang dominan.” (Woodrow Wilson – The New Freedom: A Call for the Emancipation of the Generous Energies of a People).

Dekade selanjutnya dari abad 21, kita akan melihat perubahan yang tidak pernah terjadi sebelumnya dalam ekonomi global dimana pada abad 17 transaksi non-tunai dikontrol oleh segelintir orang saja.

Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

Perjalanan ke 5 Benua

Bila engkau mampu berjalan terus kebarat, melewati ujung paling barat dari negeri barat, maka engkau akan menemukan ujung paling timur dari negeri timur…”. 

Kalimat nasihat ini benar secara geografis dan benar pula secara filosofis.  Secara geografis karena bumi ini bulat, bila kita berjalan terus kebarat, kita sampai juga ke belahan bumi bagian timur. Secara filosofis benar karena segala sesuatunya telah diciptakan oleh Sang Pencipta secara berpasang-pasangan, bersama kesulitan ada kemudahan.  Maka Sang Pemimpin memulai pekerjaannya dengan secara harfiah melakukan perjalanan panjang menemui rakyatnya di lima benua, dimulai dengan perjalanan ke barat.

Benua pertama yang dikunjungi adalah benua Amerika, dia prioritaskan benua ini karena dari sinilah asal muasal kebangkrutan negeri-negeri sebelumnya.  Di belahan utara benua ini dia temui negeri yang di abad sebelumnya memimpin dunia dengan teknologi, ekonomi dan militernya. Tetapi justru karena inilah mereka sombong, mereka bertindak seolah-olah polisi dunia yang bisa menyatakan siapa yang salah dan siapa yang benar, menghukum yang dia pandangnya salah meskipun tanpa mereka bisa buktikan,  mendukung yang mereka anggap benar – sekalipun seluruh dunia menyatakannya  bersalah.

Negeri adikuasa yang adigung adiguna ini rupanya keropos di dalam, negeri ini hancur oleh kebangkrutan ekonominya yang merupakan komplikasi dari hutang-hutang yang menumpuk, ekonomi yang ribawi yang juga penuhmaisir dan gharar. Pusat bisnis kebanggaan mereka yang dikenal sebagai Jalan Tembok, tidak lebihnya seperti casino raksasa.

Kepada rakyatnya yang berdomisili di benua ini, Sang Pemimpin menasihatkan untuk meninggalkan perilaku sombong, meninggalkan riba, maisir (perjudian) dan gharar (spekulatif) dan mulai menggunakan keunggulannya di masa lalu dalam hal inovasi teknologi dan kreativitasnya untuk menggerakkan sektor riil.

Selanjutnya Sang Pemimpin menyeberangi laut ke barat, dikunjunginya benua kecil di antara timur dan barat – orang menyebutnya benua ini Australia.  Dia jumpai masyarakatnya yag pandai bertani dan berternak di tanah-tanah yang luas karena penduduknya sedikit. Sayangnya di benua ini kehidupan sosial masyarakatnya rusak karena tidak dibimbing dengan panduan hidup dari Sang Maha Kuasa.

Kepada rakyat yang bermukim di negeri ini, Sang Pemimpin menasihatkan agar mempelajari agama dengan benar – pelajari sampai akar-akarnya – sampai mereka bisa memperoleh petunjuk akan jalan hidup yang bisa membawa kebahagiaan yang sesungguhnya.

Sang Pemimpin-pun melanjutkan perjalanannya kearah barat laut menuju ujung timur dari negeri timur,  negeri-negeri ini berada di benua yang namanya Asia, benua yang ditinggali oleh bangsa-bangsa yang sangat beragam. Beberapa di antara mereka adalah pemain ekonomi yang sangat kuat di masa lampau, tetapi mereka ini hidup materialistis – nyaris tidak mengenal Sang Penciptanya. Di negeri-negeri Asia ini masih banyak penduduk yang menyembah dewa-dewa, menyembah patung dan bahkan salah satu negeri yang masyarakatnya sangat rasional dan maju di bidang ekonomi dan teknologi-pun, ternyata malah masih menyembah matahari.

Di sebagian benua Asia ini Sang Pemimpin juga menemukan bangsa di negeri kepulauan yang nampaknya sudah mengenal  Sang Penciptanya dengan lumayan baik, namun amalan mereka nampaknya belum banyak. Ini terlihat dari negeri mereka yang kaya raya dengan sumber alamnya, tetapi rakyatnya miskin – bahkan wanita-wanitanya yang seharusnya dilindungi di rumah-rumah mereka, malah sebagian mereka harus pergi ke negeri lain meninggalkan anak dan keluarganya hanya untuk mencari pekerjaan.

Ditemuinya pula bangsa yang hidup di padang pasir yang gersang, tetapi mereka memiliki sumber daya alam melimpah yang sangat dibutuhkan bangsa-bangsa lain di dunia yaitu energi.  Namun justru karena kekayaan ini mereka pada lalai, para pemimpin mereka hidup bergelimpangan dengan harta, rakyatnya-pun dimanja sehingga etos kerja dan daya saing mereka rendah. Bahkan sebagian mereka punya kebiasaan buruk tidur dari pagi hari sampai siang menjelang tengah hari,  mereka paham agamanya tetapi tidak pula melaksanakannya. Agama mereka mengajarkan berpagi-pagi mencari rizki, kitab mereka secara eksplisit menyebutkan bahwa malam untuk istirahat dan siang untuk bekerja – tetapi mereka abaikan petunjuk ini semua. Hasilnya mereka kaya dari mengeruk isi bumi, bukan karena kaya produktif dari kerja keras mereka sendiri.

Kepada rakyat yang hidup di Asia ini Sang Pemimpin menyerukan agar yang masih menyembah dewa-dewa, patung-patung dan bahkan matahari untuk belajar mengenal tuhan Sang Pencipta yang sesungguhnya, melalui jalan yang paling masuk akal untuk mereka – bukan sekedar mengikuti para pendahulu mereka. Kepada yang sudah mengenal tuhannya dengan benar, Sang Pemimpin sangat menganjurkan untuk memahami petujuk-petunjukNya sebaik mungkin, kemudian bekerja sesuai petunjuk itu – agar mereka bisa menjadi umat unggulan di muka bumi.

Sang Pemimpin melanjutkan perjalanannya ke barat,  dia jumpai benua yang dihuni oleh bangsa-bangsa yang sangat maju dalam bidang teknologi dan terbuka dalam hal pemikiran. Dijumpai pula pemimpin tertinggi dari agama yang banyak dianut di muka bumi ini.  Kepada pemimpin agama ini Sang Pemimpin menyampaikan agar memberi kesempatan kepada para pengikutnya untuk mendalami dan meneliti asal usul agama mereka, semakin mereka diberi kebebasan untuk mencari yang sedalam-dalamnya – maka mereka akan lebih dekat kepada kebenaran yang sesungguhnya.

Perjalanan dilanjutkan Sang Pemimpin ke arah barat daya, dijumpainya benua yang sangat besar namun gersang yang disebut Afrika.  Karena kegersangannya pula benua ini menjadi pusat-pusat kemiskinan dan kelaparan nyaris sepanjang masa. Tetapi benua ini pernah makmur, belasan abad silam di benua ini pernah terjadi suatu masa dimana mencari orang miskin-pun sulit. Sang Pemimpin tahu dari sejarah bahwa masa kemakmuran tersebut adalah ketika benua ini berada dalam naungan pemerintahan yang adil – pemerintahan yang menggunakan undang-undang dan system hukum yang sama dengan yang digunakan di negeri baru.

Maka untuk rakyat di benua ini Sang Pemimpin kehilangan kata-katanya karena merasa kesedihan yang luar biasa, dia takut tidak bisa berbuat adil, dia takut kalau tidak bisa berbuat adil maka kemakmuran tidak akan kunjung datang ke benua yang satu ini, dia takut karena ketidakadilannya  bisa membuat satu saja jiwa meninggal karena kelaparan – dia tidak bisa mempertanggung jawabkan amanah yang diembankan ke pundaknya.

Setelah perjalanan ke lima benua ini dia lalui, Sang Pemimpin kini mengenal rakyatnya seperti mengenal anak-anaknya sendiri. Dia bisa merasakan betapa berat penderitaan yang diderita oleh sebagian rakyatnya, dan betapa berat tanggung jawabnya sebagai pemimpin mereka.


Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas: