Banyak orang yang menganggap rejekinya terbatas karena sudah ditentukan oleh ALLAH SWT, tapi kalau kita melihat kembali kepada Al Qur’an bahwa rejeki seseorang, ditentukan oleh seberapa besar usaha yang dilakukannya untuk mendapatkan rejeki.
Dalam surat An-Najm (53:40-42) disebutkan "dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu)"
Disini jelas, bahwa rejeki setiap orang telah disiapkan oleh ALLAH Yang Maha Pemberi, adalah sama, yaitu Nikmat Sehat dan Nikmat Waktu/Kesempatan. Tapi oleh ALLAH Yang Maha Pemberi, tidak memberikan rejeki itu serta merta kepada manusia. DIA memerintahkan kita untuk meng-usaha-kan Nikmat Sehat dan Nikmat Waktu berupa “kesempatan-kesempatan” disekeliling kita yang telah disiapkan-NYA untuk kita. Seberapa jauh usaha yang kita lakukan, seberapa jeli penglihatan kita atas potensi-potensi yang ada di sekeliling kita maka sebesar itu pula Tuhan menurunkan rejeki untuk kita.
Dalam surat An-Najm (53:40-42) disebutkan "dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu)"
Disini jelas, bahwa rejeki setiap orang telah disiapkan oleh ALLAH Yang Maha Pemberi, adalah sama, yaitu Nikmat Sehat dan Nikmat Waktu/Kesempatan. Tapi oleh ALLAH Yang Maha Pemberi, tidak memberikan rejeki itu serta merta kepada manusia. DIA memerintahkan kita untuk meng-usaha-kan Nikmat Sehat dan Nikmat Waktu berupa “kesempatan-kesempatan” disekeliling kita yang telah disiapkan-NYA untuk kita. Seberapa jauh usaha yang kita lakukan, seberapa jeli penglihatan kita atas potensi-potensi yang ada di sekeliling kita maka sebesar itu pula Tuhan menurunkan rejeki untuk kita.
Semakin banyak ilmu yang kita miliki maka semakin banyak kita melihat “kesempatan-kesempatan” yang ALLAH SWT berikan kepada kita. Sebagai contoh apabila di sekitar kita ada sebuah air terjun, banyak orang-orang yang melihat potensi tersebut hanya berupa pemandangan maupun kesempatan bermain air di bawah air terjun tersebut. Tetapi untuk sebagian orang yang memahami ilmu mekanika fluida, ia akan dapat mengkonversikan energi air terjun tersebut menjadi energi listrik yang bisa digunakan dan memberikan manfaat untuk orang banyak, bahkan bisa memberikan pendapatan yang besar dalam jangka waktu yang panjang bahkan bisa sampai 20 tahun.
Rejeki itu akan diberikan kepada setiap manusia yang meng-usahakannya, tidak melihat dia sebagai orang yang ber-iman atau tidak, orang baik atau tidak, orang jujur atau tidak, maling atau tidak, koruptor atau tidak, dan bagaimana untuk mendapatkannya, apakah dengan cara yang baik atau tidak, dengan cara halal atau dengan cara haram. Semua akan mendapatkannya, sesuai dengan apa yang diusahakannya.
Dari rejeki yang telah didapatkan, maka sesuai dengan ketentuan dari Tuhan Yang Maha Menentukan, akan menilai semua hasil usaha yang kita dapatkan, apakah sesuai dengan ketentuan-Nya atau tidak
Kalau kita mengibaratkan sebagai karyawan, maka gaji setiap karyawan adalah berbeda, tergantung seberapa besar kontribusinya kepada perusahaan. Seorang karyawan yang telah berusaha dengan maksimal tentu akan mendapatkan gaji yang lebih, demikian sebaliknya, karyawan yang kontribusinya sedikit akan menerima gaji yang sedikit.
Kita tidak bisa mengatakan bahwa bos kita tidak adil karena telah memberikan gaji yang berbeda kepada setiap karyawan. Karena sudah merupakan rule bahwa yang berkontribusi lebih akan mendapatkan hasil lebih.
Demikian juga dengan rejeki Tuhan. Rejeki itu akan diberikan sesuai dengan usaha yang telah dilakukan untuk mendapatkan rejeki tersebut. Kita tidak bisa mengatakan Tuhan itu tidak adil, padahal kita tidak mengusahakan rejeki yang telah disiapkan untuk kita.
Ada yang mengatakan bahwa rejeki itu tergantung dari garis tangan. Tapi apakah sama garis tangan orang yang telah bekerja keras dengan yang bekerja sedikit. Tentu bagi mereka yang telah bekerja keras akan mempunyai garis tangan sebagai pekerja keras, sedangkan bagi yang bekerja sedikit akan mempunyai garis tangan dengan rejeki yang sedikit. Jadi garis tangan bukanlah ukuran rejeki setiap orang, tapi bagaimana dia menggunakan tangannya untuk mendapatkan rejeki dari Tuhan. Kalau kita ingin garis tangan yang baik, maka bekerjalah dengan sungguh-sungguh, maka Anda akan mempunyai garis tangan yang baik.
Dalam film the secret menjelaskan bahwa alam akan menyiapkan segala sesuatu yang telah kita rencanakan. Begitu kita pikirkan, kita tuliskan dan kita ucapkan, maka alam akan bekerja untuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk semua rencana yang telah kita lontarkan. Semakin besar usaha kita untuk mempersiapkan rencana kita, makin besar pula alam mempersiapkan segala sesuatunya untuk kita.
Dalam merencanakan sesuatu, maka perlu kita memikirkannya dengan baik, kemudian menuliskannya dalam agenda kita dan terakhir mengucapkannya dalam ucapan kita. Begitu rencana yang telah kita pikirkan, kita tuliskan dan ucapkan maka dengan segera otak kita meng-install semua rencana yang telah kita susun. Sang otak akan bekerja siang malam tanpa henti dan tanpa instruksi dari kita untuk mempersiapkan rencana yang telah kita susun. Sekali program ini ter-instal, maka program akan tersimpan parmanen, tidak bisa di hapus, dan otak kita akan terus mengolah rencana-rencana yang telah kita buat. Otak ini hanya akan berhenti bekerja pada saat kita mengadapkan diri kepada Sang Maha Pencipta dan Maha Kuasa.
Untuk menghadap kepada Sang Khalik, maka kita akan melakukan "Zero Mind Process", yang akan me-NOL-kan pikiran kita hanya untuk menghadap kepada ALLAH Yang Maha Kuasa. Kita memohon kepada-Nya untuk dimudahkan dalam segala rencana kita bagaimana kita harus menghadapi orang yang akan kita temui, agar kita dimudahkan dalam penyampaian, dimudahkan dalam penerimaan, dan dimudahkan bagi orang untuk mengerti apa yang kita ucapkan dan kita inginkan.
Dalam pencapaian keberhasilan dunia, orang banyak melupakan tujuan akhir kita di akhirat. Kita hanya terfokus di dunia dan lupa dengan akhirat. Ini banyak kita temui dalam kehidupan kita sehari-hari, bagaimana orang mendapatkan rejeki dengan cara yang tidak patut dan mendzalimi orang lain.
Kita ibaratkan seorang penyelam mutiara, yang ditugaskan oleh Sang Maha Pencipta untuk mencari mutiara didasar laut. Kita diberi perbekalan nafas berupa tabung oksigen yang bisa dipergunakan untuk jangka waktu yang ditentukan, dan kita sudah mempunyai komitmen untuk dapat mencari kerang mutiara sebanyak-banyaknya.
Tapi apa yang terjadi, begitu kita sampai dipermukaan laut, kita sudah terlena dengan keindahan alam bawah laut, kita lupa dengan tugas utama kita yang sesungguhnya. Kita betah berlama-lama dengan keindahan laut, padahal jatah oksigen kita makin lama makin tipis, sehingga pada satu waktu dimana jatah oksogen kita sudah hampir habis, baru kita sadar akan tugas utama yang belum kita laksanakan. Dengan waktu yang tersisa sedikit, kita terpaksa terburu-buru untuk mencari kerang mutiara. Dengan waktu yang sidikit itu, kita hanya mendapatkan kerang seadanya dengan kualitas seadanya dan bahkan ada yang tercecer karena keterburuan kita untuk mendapatkannya.
Bisa dibayangkan dengan hasil yang seadanya, bahkan tidak memenuhi syarat, kita menghadap Sang Khalik. Sebagai Pemilik yang telah memberikan tugas kepada kita, tapi tidak kita kerjakanan dengan baik, maka kita akan mendapatkan ganjaran yang setimpal dengan apa yang kita dapatkan. Kalau ibaratkan seorang yang mendapat tugas dari juragannya, dengan hasil yang minim, maka kita tentu akan dipecat dari karyawan dan mungkin malah tanpa pesangon.
Rejeki itu akan diberikan kepada setiap manusia yang meng-usahakannya, tidak melihat dia sebagai orang yang ber-iman atau tidak, orang baik atau tidak, orang jujur atau tidak, maling atau tidak, koruptor atau tidak, dan bagaimana untuk mendapatkannya, apakah dengan cara yang baik atau tidak, dengan cara halal atau dengan cara haram. Semua akan mendapatkannya, sesuai dengan apa yang diusahakannya.
Dari rejeki yang telah didapatkan, maka sesuai dengan ketentuan dari Tuhan Yang Maha Menentukan, akan menilai semua hasil usaha yang kita dapatkan, apakah sesuai dengan ketentuan-Nya atau tidak
Kalau kita mengibaratkan sebagai karyawan, maka gaji setiap karyawan adalah berbeda, tergantung seberapa besar kontribusinya kepada perusahaan. Seorang karyawan yang telah berusaha dengan maksimal tentu akan mendapatkan gaji yang lebih, demikian sebaliknya, karyawan yang kontribusinya sedikit akan menerima gaji yang sedikit.
Kita tidak bisa mengatakan bahwa bos kita tidak adil karena telah memberikan gaji yang berbeda kepada setiap karyawan. Karena sudah merupakan rule bahwa yang berkontribusi lebih akan mendapatkan hasil lebih.
Demikian juga dengan rejeki Tuhan. Rejeki itu akan diberikan sesuai dengan usaha yang telah dilakukan untuk mendapatkan rejeki tersebut. Kita tidak bisa mengatakan Tuhan itu tidak adil, padahal kita tidak mengusahakan rejeki yang telah disiapkan untuk kita.
Ada yang mengatakan bahwa rejeki itu tergantung dari garis tangan. Tapi apakah sama garis tangan orang yang telah bekerja keras dengan yang bekerja sedikit. Tentu bagi mereka yang telah bekerja keras akan mempunyai garis tangan sebagai pekerja keras, sedangkan bagi yang bekerja sedikit akan mempunyai garis tangan dengan rejeki yang sedikit. Jadi garis tangan bukanlah ukuran rejeki setiap orang, tapi bagaimana dia menggunakan tangannya untuk mendapatkan rejeki dari Tuhan. Kalau kita ingin garis tangan yang baik, maka bekerjalah dengan sungguh-sungguh, maka Anda akan mempunyai garis tangan yang baik.
Dalam film the secret menjelaskan bahwa alam akan menyiapkan segala sesuatu yang telah kita rencanakan. Begitu kita pikirkan, kita tuliskan dan kita ucapkan, maka alam akan bekerja untuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk semua rencana yang telah kita lontarkan. Semakin besar usaha kita untuk mempersiapkan rencana kita, makin besar pula alam mempersiapkan segala sesuatunya untuk kita.
Dalam merencanakan sesuatu, maka perlu kita memikirkannya dengan baik, kemudian menuliskannya dalam agenda kita dan terakhir mengucapkannya dalam ucapan kita. Begitu rencana yang telah kita pikirkan, kita tuliskan dan ucapkan maka dengan segera otak kita meng-install semua rencana yang telah kita susun. Sang otak akan bekerja siang malam tanpa henti dan tanpa instruksi dari kita untuk mempersiapkan rencana yang telah kita susun. Sekali program ini ter-instal, maka program akan tersimpan parmanen, tidak bisa di hapus, dan otak kita akan terus mengolah rencana-rencana yang telah kita buat. Otak ini hanya akan berhenti bekerja pada saat kita mengadapkan diri kepada Sang Maha Pencipta dan Maha Kuasa.
Untuk menghadap kepada Sang Khalik, maka kita akan melakukan "Zero Mind Process", yang akan me-NOL-kan pikiran kita hanya untuk menghadap kepada ALLAH Yang Maha Kuasa. Kita memohon kepada-Nya untuk dimudahkan dalam segala rencana kita bagaimana kita harus menghadapi orang yang akan kita temui, agar kita dimudahkan dalam penyampaian, dimudahkan dalam penerimaan, dan dimudahkan bagi orang untuk mengerti apa yang kita ucapkan dan kita inginkan.
Dalam pencapaian keberhasilan dunia, orang banyak melupakan tujuan akhir kita di akhirat. Kita hanya terfokus di dunia dan lupa dengan akhirat. Ini banyak kita temui dalam kehidupan kita sehari-hari, bagaimana orang mendapatkan rejeki dengan cara yang tidak patut dan mendzalimi orang lain.
Kita ibaratkan seorang penyelam mutiara, yang ditugaskan oleh Sang Maha Pencipta untuk mencari mutiara didasar laut. Kita diberi perbekalan nafas berupa tabung oksigen yang bisa dipergunakan untuk jangka waktu yang ditentukan, dan kita sudah mempunyai komitmen untuk dapat mencari kerang mutiara sebanyak-banyaknya.
Tapi apa yang terjadi, begitu kita sampai dipermukaan laut, kita sudah terlena dengan keindahan alam bawah laut, kita lupa dengan tugas utama kita yang sesungguhnya. Kita betah berlama-lama dengan keindahan laut, padahal jatah oksigen kita makin lama makin tipis, sehingga pada satu waktu dimana jatah oksogen kita sudah hampir habis, baru kita sadar akan tugas utama yang belum kita laksanakan. Dengan waktu yang tersisa sedikit, kita terpaksa terburu-buru untuk mencari kerang mutiara. Dengan waktu yang sidikit itu, kita hanya mendapatkan kerang seadanya dengan kualitas seadanya dan bahkan ada yang tercecer karena keterburuan kita untuk mendapatkannya.
Bisa dibayangkan dengan hasil yang seadanya, bahkan tidak memenuhi syarat, kita menghadap Sang Khalik. Sebagai Pemilik yang telah memberikan tugas kepada kita, tapi tidak kita kerjakanan dengan baik, maka kita akan mendapatkan ganjaran yang setimpal dengan apa yang kita dapatkan. Kalau ibaratkan seorang yang mendapat tugas dari juragannya, dengan hasil yang minim, maka kita tentu akan dipecat dari karyawan dan mungkin malah tanpa pesangon.
Wa Allahua’lam.
Tulisan Terkait:
- Tips Membangun Usaha
- Indahnya mulai Usaha dgn Bootstrapping
- Membuat cita-cita besar
- Rejeki Tidak Terbatas
- Kategorikan Aset Anda
- Bisnis Mandiri kita semua
- Alasan Berhenti Berhutang
- Pentingnya Kaum Produsen dalam Sebuah Negara.
Info Dinar Emas:
- Dinar Islam
- Dinar Emas sebagai Pengukur Kemakmuran dan Perencanaan Keuangan
- Investasi Emas: Koin Dinar, Emas Lantakan atau Emas Perhiasan ?
- Belajar Emas: Pelajari walau sampai Negeri Cina
- Bangun Ketahanan Ekonomi Keluarga dengan Dinar, tapi Jangan Menimbun Emas...!
- Antara Kambing, Dinar dan Inflasi
- Bukti bahwa Uang Kertas itu Memiskinkan Dunia.
- Inflasi yang Terus Menerus...
- Arti Kemakmuran di System Dajjal.
- 1971 adalah awal dari Manipulasi Uang Kertas.
0 comments:
Post a Comment