kantor di rumah

kantor di rumah (Small Office Home Office) adalah Solusi Bisnis untuk kita bersama. Analisa, Strategi, Promosi dan Ikhtiar ber-bisnis mandiri kita bahas bersama di sini.

Jl. Prof DR Lafran Pane No.26, Cimanggis, Depok. | SMS +62-812-8000-7019

Membangun bisnis mandiri skala International

Membangun bisnis mandiri Eksportir Indonesia bersama pebisnis Korea, China dan Malaysia.

http://eksportir-indonesia.com | email:eksportir.indonesia@gmail.com

Bersama kita bisa...!!!

Bersama-sama membangun Bisnis Mandiri untuk mendapatkan Kebebasan Waktu dan Kebebasan Finansial bersama komunitas kantor di rumah.

Komunitas Kantor di Rumah: http://facebook.com/kantor.di.rumah.

Kebebasan Waktu dan Kebebasan Finansial

Dengan memiliki Bisnis Mandiri yang baik dan stabil, kebebasan waktu dan kebebasan finansial dapat kita miliki sehingga kita memiliki waktu yang berkualitas untuk beribadah dan keluarga.

Dari Rumah hingga ke mancanegara

Dengan ide yang cemerlang, kita bisa memiliki bisnis dari kantor di rumah hingga ke Mancanegara...

http://eksportir-indonesia.com

Mengapa Kita harus Menanam...? (Nasihat Rasulullah SAW)

Umat ini memiliki sumber Ilmu yang bisa digali tanpa habisnya, yaitu Al-Quran dan Al Hadits. Sebagai agama akhir zaman, sumber Ilmu tersebut juga kita yakini akan selalu valid dan up-to-date sampai kapanpun. Dengan sumber ilmu yang begitu agung dan komprehensive tersebut, tidak seharusnya umat ini menjadi jajahan dunia barat - paling tidak di bidang ekonomi dan pemikiran.

Tantangannya adalah bagaimana mengamalkan ilmu yang kita gali dari sumber-sumber yang agung tersebut; jangan sampai justru umat lain - yang membenci Islam - yang duluan mengamalkan apa yang seharusnya kita amalkan.

Revolusi hijau lebih pantas kita duluan yang mengembangkan dan mengaplikasikannya karena kita punya konsep Muzara'ah yang sudah sangat detil ditulis ilmunya oleh para ulama kita terdahulu. Perintah untuk bercocok tanam secara sungguh-sungguh-pun sudah ada di surat Yusuf 43-48. Lantas yang kurang apa ?, ya amal itu lagi yang kurang.

Kalau kita sungguh-sungguh mengamalkan ajaran kita, maka bukan Amerika yang akan memimpin dunia; tetapi kitalah yang akan memimpin dunia – mungkin bukan pada zaman kita, tetapi janji Allah pasti benarnya. Tinggal kita memilih peran kita, ikut sebagai sebab atau puas hanya sebagai akibat.

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS 3:139).

Amerika masih akan sibuk merumuskan Code Green atau Revolusi Hijau mereka; Untuk kita hal ini sudah tamat dibuat; blue-printnya, aturan mainnya dlsb. sudah sangat jelas ditulis para ulama dengan mengikuti Al-Qur'an dan Al Hadits; kita tinggal mengamalkannya.

"Tidak ada bagi seorang muslim yang menanam tanaman, kemudian ada burung atau manusia, atau binatang ternak memakannya, kecuali baginya sedekah" HR. Bukhari Muslim.

Bayangkan kalau masing-masing kita bisa mengelola pertanian setelah itu mengelola peternakan, dengan kemampuan kita membuat pupuk dan pakan (mengamalkan manfaat dari rerumputan al-falfaa QS An Naba-16) dengan bahan baku dari keduanya (dedaunan dan kotorannya) dan menjadi kebutuhan yang saling silang mengisi untuk keduanya (pertanian dan peternakan), maka kita telah menjadi "petani yang memiliki lahan dengan ekosistem yang sempurna"  – berapa banyak burung, hewan dan manusia bisa mengambil manfaatnya ? Selain kita sendiri juga mendapat manfaat tentunya.

Di negara-negara maju justru para petani adalah umat yang paling makmur kehidupannya dan mampu memberikan manfaat untuk diri, keluarga dan masyarakat. Berbeda sekali dengan di negara kita...!! Penyebab perbedaan tersebut adalah bagaimana kita mau belajar, mengamalkan (ikhtiar) dan mengajarkan (dakwah) ilmu dalam mengelola pupuk, pakan dan air.

Semoga Allah memudahkan kita merealisasikan niat yang sungguh-sungguh ini.
Wallahu A'lam

http://eksportir-indonesia.com

Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:


Pola Pikir (sebagai) para Entrepreneur

Semasa kecil saya minum air segar dari kendi. Semasa remaja saya menulis surat atau menerima surat ditempat saya indekost. Ketika bekerja dan karier mulai menanjak saya mendapatkan fasilitas mobile phone segede batu bata. Dalam dasawarsa terakhir ini, hanya dalam waktu kurang lebih separuh generasi, semua berubah drastis. Saya tidak lagi minum air segar dari kendi, tidak perlu menulis surat dan mengeposkannya, dan tidak perlu membawa mobile phone segede batubata. Pertanyaannya adalah siapa gerangan yang membawa perubahan ini? Merekalah para entrepreneur-entrepreneur sukses pada zamannya.

Dengan mudah kini kita dapat minum air segar yang sehat dari air gelas atau botol yang diproduksi oleh berbagai perusahaan. Awalnya tentu diperlukan satu kepeloporan usaha dibidang ini kemudian yang lain menirunya, menurut saya tidak masalah - baik yang menemukannya dari awal maupun yang menirukan kemudian  menyempurnakannya – merekalah para pengusaha yang berjasa dalam memudahkan kita untuk minum air segar ini.

Demikian pula dalam hal berkomunikasi dengan surat, kita tidak perlu lagi cape-cape menulis surat dan mengeposkannya – kemudian berharap-harap cemas akan datangnya pak pos mengantarkan balasasannya sekian hari yang akan datang. Siapa yang berjasa ?, adalah para ilmuwan yang menemukan internet dan email kemudian tentu saja para entrepreneur yang make it available nyaris bagi siapa saja yang memerlukannya di muka bumi.

Di tahun 95-an perlu waktu untuk antri dua tahun sebelum rumah saya mendapatkan saluran telepon fix line, kantor yang tidak sabar kemudian membelikan saya mobile phone yang segede batubata. Semua itu kelihatan konyol sekarang , karena semuanya telah jauh berubah. Nomor telepon bisa diperoleh dalam bilangan menit dari kios-kios di pinggir jalan, harganya terjangkau oleh seluruh kalangan masyarakat – dan begitu ringannya sehingga mudah masuk saku-saku kita. Siapa yang membawakan perubahan-perubahan ini ?, lagi-lagi adalah para entrepreneur-lah yang melakukannya.

Air dalam kemasan tidak lahir dari keputusan atau kebijakan pemerintah, demikian pula tersedianya e-mail dan mobile phone  bagi seluruh kalangan masyarakat. Karena pemerintah atau negara bukan pelaku dalam memberikan kemudahan hidup ini, lantas apa yang seharusnya dilakukan ?. Pemerintah harus memfasilitasinya agar perubahan-perubahan kearah kebaikan yang terjadi dan tidak menghambatnya dengan birokrasi peraturan yang berbelit dan biaya-biaya yang tidak jelas. Bahkan seharusnya pemerintah membantu dengan segala fasilitas, karena dampak perekonomian yang akan terjadi adalah kemakmuran umat.

Lantas dimana peluang Anda untuk bisa ikut mengubah dunia kearah yang lebih baik ?, bila Anda bukan tokoh partai politik yang tulus ikhlas ingin memperjuangkan kebaikan bagi umat dan bukan pula para birokrat yang menjadi pelayan (yang digaji oleh uang rakyat) untuk membidangi segala kemudahan dalam perijinan usaha – maka jadilah entrepreneur yang menghadirkan perubahan.

Bidang kehidupan apalagi yang perlu perubahan ?. Sangat banyak yang masih bisa terus dirubah kearah yang lebih baik, dan ini membutuhkan Anda para (calon) entrepreneur. Sekedar ide, bila Anda bisa melakukan hal-hal dibawah ini misalnya – maka insyaAllah ini akan menjadi pemberat amal kebaikan Anda selama hidup di dunia.
  • Dapatkah Anda memproduksi daging (bahan pangan hewani) yang murah dan terjangkau bagi seluruh umat ?.
  • Dapatkah Anda memproduksi secara massal tepung-tepung pengganti terigu agar kita tidak lagi mengimpor bahan pangan yang tidak tumbuh di negeri ini ?
  • Dapatkah Anda memproduksi susu segar yang massal dan murah agar kita tidak menjadi pengimpor susu bubuk terbesar dunia ?.
  • Dapatkah Anda menghasilkan system penangkapan ikan yang murah dan efektif sehingga hasil laut kita tidak dijarah orang lain ?.
  • Dapatkah Anda mengolah serat dari hasil tanaman di sekitar kita sehingga kita tidak perlu mengimpor 99.5 % kapas yang dibutuhkan negeri ini ?.
  • Dapatkah Anda menyediakan “kantor di rumah” - home office infrastructure package  (system untuk bekerja dari rumah) yang murah sehingga orang tidak perlu membuang waktu berjam-jam hanya untuk pergi –pulang kantor...?
  • Dapakah ?, dapatkah ...?, dapatkah...?.
Di setiap masalah yang ingin Anda atasi, di setiap kesulitan yang ingin Anda mudahkan, disetiap produk yang Anda pandang kurang baik, disetiap layanan yang mengewakan... disanalah peluang Anda, peluang untuk ikut mengubah dunia menjadi lebih baik. InsyaAllah !.

Wallahu A’lam.



Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

Pelajari Hukum Sebab-Akibat untuk menjadi Pemenang

Bagi negara-negara penghasil produk pangan dunia, Indonesia adalah primadona untuk negara tujuan ekspor mereka.  Betapa tidak, negara dengan penduduk no 4 terbesar di dunia ini – ternyata kurang pandai memenuh kebutuhannya sendiri. Indonesia pernah tercatat sebagai Negara pengimpor beras terbesar di dunia (2003/2004) dengan total impor mencapai 3.5 juta ton atau 18.6 % dari total impor beras dunia. Oleh Index Mundi, tahun ini Indonesia juga ditargetkan menjadi negara tujuan ekspor no 1 di dunia untuk susu bubuk – yang oleh mereka diperkirakan kita akan mengimpor 230,000 ton. Posisi ‘JUARA’ impor ini di duduki Indonesia di banyak kategori lainnya, meskipun tidak di nomor 1.

Gandum misalnya, negara yang penduduknya semula tidak makan gandum  ini kini menjadi pengimpor gandum no 4 di dunia dengan impor sekitar 4.1 juta tahun pertahun. Untuk makanan tradisional dari kedelai-pun Indonesia menjadi pengimpor no 3 terbesar di dunia dengan impor sekitar 2.6 juta kedelai setahun. Untuk kebutuhan pokok lainnya yaitu sandang, Indonesia juga merupakan pengimpor kapas no 4 terbesar di dunia.

Bukan hanya pada kebutuhan-kebutuhan  pokok tersebut Indonesia menjadi target empuk bagi para pemasar dunia, tetapi juga untuk kebutuhan lain yang semula tidak mutlak perlu seperti telepon seluler. Saat ini diperkirakan rata-rata 3 dari empat penduduk Indonesia memiliki telepon seluler – yang berarti sekitar  180-an juta pengguna. Pada posisi ini, Indonesia menduduki rangking ke 6 pengguna telepon seluler dunia setelah China, India, USA, Russia dan Brasil. Tidak ada salahnya sebenarnya ‘pencapaian’ ini bila seandainya handset-nya tidak hampir seluruhnya produk impor.

Lebih dari impor handset dan infrastruktur penunjangnya yang besar, yang juga sangat besar lagi ‘uang mengalir keluar’ dari segenap lapisan masyarakat negeri ini adalah lewat pulsa dan abonemen telepon seluler yang kita bayar – yang seolah sudah ikut-ikutan menjadi ‘kebutuhan pokok’ bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa pandang bulu. Kita tahu bahwa 3 operator terbesar telepon seluler menguasai lebih dari 90 % pasar, dan melalui tiga operator ini saja kepemilikan asing begitu besarnya sehingga mereka ikut menikmati keuntungan yang sangat besar pula dari pulsa-pulsa yang Anda dan saya bayar setiap hari.

Telkomsel sebagai pemegang pangsa terbesar untuk telepon seluler di Indonesia, 35% sahamnya milik SingTel dan 65 % milik Telkom – di Telkom-nya sendiri pemerintah kita menguasai sekitar 52.47% saham – 47.53 %  adalah milik publik, namun dari saham publik ini bagian terbesarnya adalah investor asing (45% lebih) sisanya dalam jumlah yang kecil ( sekitar 3 %) adalah investor di dalam negeri.

Indosat sebagai operator seluler nomor 2 terbesar, lebih dari 70% sahamnya dimiliki asing, yaitu 65% QTel dan 5.38% Skagen. Demikian juga XL di urutan ke 3 malah sekitar 80%-nya asing (posisi April 2011),  yaitu 66.7 % XL –Axiata (Malaysia) dan 13.3 % Emirates Tel.Co. (Etisalat).

Dengan ilustrasi tersebut diatas maka sejak bangun tidur kita sarapan mie dari terigu impor, nelepon teman dengan telepon impor, sms dlsb membayar pulsa yang sebagian besar uangnya juga lari keluar, siang hari makan dengan tempe goreng dari kedelai impor, sore hari sambil pulang kerja mampir beli tahu goreng dipinggir jalan yang kedelainya sekitar 80% impor, sampai malam hari menjelang tidur minum susu bareng anak-anak – juga susu impor. Bahkan untuk melawan dinginnya malam, tidur-pun masih berselimutkan selimut dari kapas yang 99.5%-nya impor.

Dalam dunia pemasaran global, bila kita lebih banyak impor dari yang bisa kita ekspor – maka kita menjadi bangsa yang ‘kalah’. Itulah sebabnya negeri seperti Amerika Serikat berjuang habis-habisan untuk sekedar bisa memperbaiki posisinya yang kini juga kalah telak dengan negeri lain khususnya China. Lantas apa perjuangan yang kita lakukan untuk bisa menang dari situasi yang kini kita hadapi tersebut diatas ?.

Di tengah kesibukannya mengurus panggung politik dan partainya masing-masing yang penuh hingar bingar apalagi dalam beberapa tahun mendatang menjelang 2014, sungguh saya masih berpengharapan agar para pemimpin negeri ini juga masih sempat berjuang memperbaiki ‘kekalahan-kekalahan’ kita dalam dunia perdagangan global tersebut diatas.

Tetapi pada saat yang bersamaan kita sebagai rakyat juga tidak bisa hanya berpangku tangan dan mengharapkan hasil karya para pemimpin kita saja. Kita sebagai rakyat juga harus berjuang habis-habisan untuk bisa mengubah ‘kekalahan-kekalahan’ tersebut menjadi kemenangan-kemenangan di masa-masa mendatang. Kongkritnya dengan apa kita bisa menang melawan kekuatan-kekuatan global yang begitu perkasanya mencengkeram hampir keseluruhan kebutuhan kita ini ?.

Dengan mulai membangun karakter para pemenang pada masing-masing diri kita sendiri seperti yang pernah saya tulis dalam tulisan “WIN…” , Lebih dari itu kita juga harus yakin bahwa kemenangan hanya akan kita peroleh bila Allah menolong kita, sedangkan Allah hanya akan menolong kita bila kita menolong (Agama)-Nya. Maka sekecil apapun yang kita bisa lakukan- lakukanlah !, siapa tahu perbuatan kita yang tidak seberapa tersebut bisa memancing pertolonganNya.

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS 47:7). “Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? ….” (QS 3 : 160).

Bila kita bekerja dengan mengikuti hukum sebab-akibat untuk meraih kemenangan yang dinjanjikan Allah ini - bila kita termasuk orang-orang yang beriman – insyaAllah kita-pun bisa menang. Dengan hukum sebab-akibat untuk memperoleh kemenangan di segala bidang yang telah begitu nyata ditunjukkan sendiri olehNya tersebut diatas, mengapa kita tidak mulai mencoba menempuhnya untuk menjadikan negeri ini negerinya para (calon) pemenang ?. InsyaAllah.



Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

Janganlah Lalai dan Santai...

“Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling.” (Al-Hajj: 1).

Maha Kuasa Allah yang menciptakan arena bumi sebagai sarana ujian. Kekayaan alam yang begitu melimpah. Sungai-sungai jernih yang melahirkan kehidupan. Hujan yang membangkitkan harapan. Dari situlah, hamba-hamba Allah membuktikan diri: apakah ia sebagai hamba yang konsisten atau dusta.

'Ada baiknya berhati-hati dengan yang boleh';

Tak ada yang tanpa batas di dunia ini. Karena sunnatullah dalam alam, semua tercipta dalam takaran tertentu. Dari takaran itulah, keseimbangan bisa langgeng. Termasuk keseimbangan dalam diri manusia.

Kalau keseimbangan goyah, yang muncul adalah kerusakan. Dalam diri manusia, ada tiga keseimbangan yang mesti terjaga: keseimbangan akal, rohani, dan fisik. Satu keseimbangan terganggu, seluruh fisik mengalami kerusakan.

Ketidakseimbangan bukan cuma dari sudut kekurangan. Berlebih-lebihan pun bisa memunculkan ketidakseimbangan. Termasuk dalam pemenuhan kebutuhan fisik dan psikis. Di antara urusan fisik adalah makan dan minum.

Allah SWT berfirman, “….makan dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Al-A’raf: 31)

Berlebih-lebihan dalam makan dan minum, walaupun halal, bisa memunculkan penyakit. Lebih dari lima puluh persen sumber penyakit berasal dari lambung. Karena itulah, Rasulullah saw. meminta kaum muslimin untuk mengerem makan. Dan cara yang paling bagus adalah dengan puasa. Masih banyak hal boleh lain yang mesti pas dengan takaran. Di antaranya, hubungan seksual suami istri, tidur, dan juga bersantai.

'Ada kecenderungan manusia senang bersantai';

Sudah menjadi sifat dasar manusia memilih jalan yang gampang daripada yang sukar. Lebih memilih santai ketimbang banyak kerja.

“Maka tidakkah sebaiknya ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar.” (Al-Balad: 11)

Santai pada timbangan yang proporsional memang bagus. Karena itu bermakna istirahat. Dari istirahatlah keseimbangan baru bisa lahir. Dengan istirahat, lelah bisa tergantikan dengan kesegaran baru.

Tapi, ketika santai tidak lagi proporsional, yang muncul hura-hura dan kemalasan. Orang menjadi begitu hedonis. Orientasi bergeser dari keimanan kepada serba kesenangan. Saat itu, santai tidak cuma menggusur jenuh, tapi juga kewajiban-kewajiban. Bisa kewajiban sebagai suami, anak, dan juga sebagai hamba Allah swt.

Di antara ciri orang beriman adalah berhati-hati dengan perbuatan yang sia-sia.
Allah SWT berfirman, “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.” (Al-Mu’minun: 1-3)

Rasulullah saw. mewanti-wanti para sahabat agar berhati-hati dengan waktu senggang.
Beliau saw. bersabda, “Ada dua kenikmatan yang membuat banyak orang terpedaya yakni nikmat sehat dan waktu senggang.” (HR. Bukhari)

Ada banyak cara menggusur letih dan jenuh. Letih dan jenuh kadang tidak cuma bisa disegarkan dengan santai. Ada banyak cara agar penyegaran bisa lebih bermakna dan sekaligus terjaga dari lalai.

Para sahabat Rasul biasa mengisi waktu kosong dengan tilawah, zikir, dan shalat sunnah. Itulah yang biasa mereka lakukan ketika suntuk saat jaga malam. Bergantian, mereka menunaikan shalat malam.

Bentuk lainnya adalah bermain dengan istri dan anak-anak. Rasulullah saw. pernah lomba lari dengan Aisyah r.a. Kerap juga bermain ‘kuda-kudaan’ bersama dua cucu beliau, Hasan dan Husein. Dari sini, santai bukan sekadar menghilangkan jenuh. Tapi juga membangun keharmonisan keluarga.

Rasulullah saw. mengatakan, “Orang yang cerdik ialah yang dapat menaklukkan nafsunya dan beramal untuk bekal sesudah wafat. Orang yang lemah ialah yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan muluk terhadap Allah.” (HR. Abu Daud)

'Ada pihak lain yang mengintai kelengahan kita';

Pertarungan antara hak dan batil tidak kenal istilah damai. Tetap dan terus berlangsung hingga hari kiamat. Dari situlah, saling mengintai dan saling mengalahkan menjadi hal lumrah. Dan kewaspadaan menjadi hal yang tidak boleh dianggap ringan.

Pihak yang jelas-jelas melakukan pengintaian adalah musuh abadi manusia. Dialah iblis dan para sekutunya. Allah SWT membocorkan itu dalam firman-Nya.
“Iblis mengatakan, ‘Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (Al-A’raf: 16-17)

Pihak lain adalah kelompok manusia yang tidak suka dengan perkembangan Islam. Mereka selalu mengintai kelemahan umat Islam, mengisi rumah-rumah umat Islam dengan hiburan yang melalaikan. Bahkan, mengkufurkan. Masih banyak upaya lain orang kafir untuk menghancurkan Islam.

Karena itu, berhati-hatilah dengan waktu luang. Kalau tidak bisa diisi dengan yang produktif, setidaknya, isilah dengan yang tidak melalaikan.
Wallahu A’lam.




Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

Mau menjadi korban 30 tahunan?

Ketika Mesir bergolak karena rakyat sudah tidak tahan lagi dengan tirani 30 tahun yang mereka derita dalam rezim Husni Mubarak. Mereka mungkin belajar dari Indonesia tahun 1998, ketika kita waktu itu mengalami hal yang serupa untuk periode rezim yang kurang lebih mirip yaitu 32 tahun. Pertanyaan adalah mengapa setelah 30 tahun-an orang berani melakukan perubahan? Inilah yang terjadi di kita pada umumnya, kita hidup bersama gajah di ruang tamu kita, tetapi kita enggan untuk mengusirnya.

Bukan hanya rakyat Indonesia ataupun rakyat Mesir, tidak sedikit pekerja yang merasa tertekan dan terjajah dalam pekerjaannya, tetapi sebagian besar mereka baru bisa memerdekakan diri juga setelah 30 tahunan: setelah pensiun. Bila anda mulai bekerja pada usia 23 tahun dan pensiun pada usia 55 tahun, maka anda bekerja selama 32 tahun, setara dengan satu masa Orde Baru atau rezimnya Mubarak! Maka alangkah sayangnya bila di usia terbaik anda tersebut, anda tidak merdeka untuk berbuat yang terbaik menurut anda sendiri.

Lantas apa faktornya yang membuat orang harus menunggu 30 tahun-an untuk bisa 'merdeka'?

Pertama, tidak banyak yang punya keberanian. Di Indonesia misalnya sudah ada gerakan mahasiswa yang berani menentang pemerintah sejak tahun 70-an; tetapi jumlah mereka saat itu kurang banyak sehingga mudah ditumpas.

Kedua, karena tidak banyak dukungan. Keberhasilan gerakan mahasiswa tahun 1998 adalah juga karena banyaknya dukungan masyarakat luas dan para tokoh-tokoh masyarakat. Saya ingat saat itu bahkan ada seorang ibu yang setiap hari membukusi nasi untuk dikirim ke anak-anaknya dan teman-teman anaknya yang berhari-hari demo di Senayan. Hal ini tidak terjadi di tahun 1970-an.

Ketiga, adalah karena 'complacency'. Orang merasa puas dengan apa yang ada sehingga enggan melakukan perubahan. Orang-orang yang merasa diuntungkan dengan adanya rezim yang ada baik di Indonesia sampai tahun 1998, maupun di Mesir sampai awal tahun 2011, tentu mereka tidak senang dengan arah perubahan yang ada. Dan, mereka inilah yang menjadi penghalang atas upaya perubahan itu.

Tiga faktor: keberanian, dukungan dan complacency tersebut ternyata juga menjadi penyebab yang sama seseorang bisa 'terjajah' dalam pekerjaannya selama 30 tahunan sampai pensiun.
Banyak sekali pekerja yang tidak nyaman dengan pekerjaannya, tertekan karena harus melaksanakan sesuatu yang tidak sejalan dengan hatinya. Akan tetapi sebagian besarnya tidak cukup keberanian untuk melakukan perubahan, baik secara internal di dalam lingkungan tempat bekerja ataupun melompat keluar dan menciptakan pekerjaannya sendiri.

Lingkungan dekat juga tidak selalu mendukung karena istri, anak-anak, apalagi orangtua dan para mertua anda, mungkin akan menjadi penentang pertama ketika anda mengutarakan niat keluar dari pekerjaan untuk berwiraswasta. Bagi orang-orang generasi orangtua kita dan generasi para mertua kita, yang masih terimbas pengaruh feodalisme, menjadi priyayi atau pegawai adalah pekerjaan yang terbaik menurut mereka. Mereka akan cenderung enggan memberikan dukungan pada anak dan menantunya untuk mulai merintis usahanya sendiri.

Penyebab ketiga; Complacency umumnya diderita para pekerja yang sudah mapan, karena umumnya untuk mereka ini semua biaya ditanggung perusahaan. Semua urusan ada yang membereskan, maka mengapa mau bercapek-capek mulai segala sesuatu dari nol?

Terlepas dari berbagai permasalahan tersebut, kita akan bersyukur bila bisa 'memerdekakan' diri lebih cepat dari teman-teman seangkatan kerja tanpa harus menunggu 30-an tahun bekerja sampai pensiun, baru merdeka dari pekerjaan-pekerjaan yang tidak sepenuhnya sejalan dengan hati kita.

Jadi masihkah kita harus menunggu sampai usia pensiun untuk bisa 'merdeka' dan memulai berkarya di perusahaan kita sendiri, yang bisa jadi ada di cita-cita kita sedari muda? Kini mungkin waktu yang tepat untuk kita pikirkan secara serius. Berpikirlah seperti takyat Indonesia tahun 1998 dan rakyat Mesir 2011, bahwa kita bisa 'merdeka' sekarang!

Kita bisa memulai berkarya dengan ber-kantor di rumah ( http://kantor-di-rumah.com ) dan bisa memiliki bisnis mancanegara ( http://eksportir-indonesia.com ). Silahkan ambil keputusan anda sedini mungkin.
Wallahu A'lam.

Note:
Bagi anda yang menginginkan sharing membangun bisnis mandiri bersama, silahkan mengirimkan email ke nrachmanbiz@gmail.com


Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

...agar Harta itu jangan hanya berputar diantara orang-orang kaya...

Kali ini saya ingin mengingatkan diri saya sendiri dan mudah-mudahan juga berguna untuk para pembaca blog ini. Dengan gigihnya kita memperjuangkan mata uang yang Adil dari Emas dan Perak, kita juga jangan sampai terjebak dalam perilaku menimbun emas. Di tulisan saya sebelumnya, saya juga mengingatkan jangan sampai harta kita justru menjadi liability di akhirat....


Dalam Islam harta kita harus bergerak sehingga memberi manfaat bagi kita sendiri maupun orang lain yang juga mempunyai hak atas harta kita. Manfaat berputarnya harta ini saya coba jelaskan dengan persamaan pertukaran atau equation of exchangeyang juga sudah saya singgung sebelumnya. Persamaan tersebut adalah
 M x V = P x Q dimana M = jumlah uang, V= Perputaran uang ; P = Tingkat Harga dan Q = jumlah barang dan jasa. Saya ingin menggunakan persamaan ini untuk menjelaskan sistem ekonomi yang berbasis Dinar dan Dirham dan dimana bunga bank dianggap haram (dan memang haram !). 

Dalam ekonomi yang berbasis Dinar, M akan cenderung tetap karena tidak seperti uang kertas yang bisa dicetak kapan saja dan berapa saja. Untuk mencetak Dinar diperlukan emas asli yang tentu jumlahnya tidak banyak. Diperkirakan hanya ada sekitar 150 ribu ton emas diseluruh dunia saat ini dan setiap tahunnya diperkirakan hanya bertambah sekitar 1.5% dari penambangan emas di seluruh dunia. Perak memang jumlahnya tentu lebih besar dari emas, namun juga terbatas.

Dengan scenario Allah yang telah membuat emas dan perak yang jumlahnya terbatas dan tersebar relatif merata di seluruh dunia – bahkan Amerika Serikat pun yang menganggap dirinya negara adikuasa hanya menguasai sekitar 8,000 ton emas saja atau 5.3 % dari emas dunia – maka seharusnya kemakmuran-pun merata.

Dengan tidak naiknya M, sementara Q atau output harus naik secara gradual sejalan dengan pertumbuhan penduduk dunia dan P relatif tetap (harga barang-banrang apabila dibeli dengan emas akan cenderung tetap dalam jangka panjang), maka harus ada yang bergerak mengimbangi gerakan Q atau output tersebut. Tinggal satu faktor yang belum bergerak yaitu V, disinilah rahasianya ekonomi Islam, mengapa Islam sangat mendorong perputaran uang yang cepat dari satu tangan ke tangan lainnya. Lebih jauh lagi perputaran ini harus luas tidak hanya berputar di golongan tertentu saja sesuai Ayat Al-Quran 59:7 “….agar harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya diantara kamu…”.

Segala kebutuhan manusia, termasuk jumlah emas di seluruh dunia untuk memenuhi kebutuhan mata uang penduduknya, ternyata juga sudah diatur sedemikian rupa sesuai scenario Allah SWT sehingga akan selalu mencukupi. Diungkapkan oleh Allah dalam Al-Qur’an QS 54: 49 “ Sesungguhnya, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”. Hal ini juga bisa dibuktikan dari satitistik jumlah penduduk dunia dibandingkan dengan jumlah emas yang tersedia sebagaimana ditunjukkan di grafik berikut :
<![if !vml]><![endif]>Sumber : Gold Sheet Mining Directory .Trend Jumlah Penduduk Dunia dan Kumulatif Jumlah Emas Yang Ada Di Permukaan Bumi.

Dari grafik tersebut kita bisa lihat bahwa ternyata emas memang tersedia cukup bagi umat manusia sepanjang zaman; hanya keserakahanlah yang membuatnya bisa tidak mencukupi.

Cepatnya perputaran uang dalam ekonomi Islam ini juga digambarkan dalam suatu Hadits dimana Rasulullah SAW suatu pagi selesai sholat subuh buru-buru pulang kemudian balik lagi ke Masjid untuk melanjutkan dzikir dan doa’nya. Ketika sahabat ada yang bertanya, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa ia tadi buru-buru karena ingat ada uang tiga Dirham yang belum disedekahkan.

Pada hadits lain dari Abu Huraira : Rasulullah SAW bersabda , “ Jika saya memiliki emas sebesar gunung Uhud, saya tidak akan suka kecuali setelah tiga hari tidak tersisa satu Dinar pun yang ada pada ku apabila ada orang lain yang berhak menerimanya dariku, kecuali sejumlah yang akan aku pakai untuk membayar utangku”. (HR. Bukhari)

Dua contoh diatas menggambarkan seberapa cepat uang seyogyanya berputar diantara kaum muslimin. Apabila uang tersebut uang kecil putaran ini ukurannya satu hari, apabila uang besar atau kekayaan yang banyak maka putarannya tiga hari. Artinya uang bagi kaum muslimin hendaklah terus bergerak, baik itu untuk konsumsi, di sedekahkan/diinfakkan ataupun diinvestasikan untuk kegiatan produktif.

Jadi menggunakan Dinar sebagai alat investasi dan alat mempertahankan nilai, tidak boleh berarti menimbunnya. Batasan yang boleh dan yang tidak sudah saya jelaskan pada tulisan 
sebelumnya 

Dari sini kita tahu bahwa tugas berikutnya setelah Dinar dan Dirham ini berada ditangan masyarakat secara luas, kita harus mulai benar-benar menggunakannya dalam bermuamalah sehari-hari....kita pikirkan caranya...yang penting kita mulai saja yang kita tahu, nanti biarlah Allah akan memberi tahu apa yang kita belum tahu.

Wallahu A’lam bis Showab.

Disadur dari tulisan Ustadz Muhaimin Iqbal


Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

Harta Kita, Aset atau Liability? (di Akhirat)

Ini nasihat untuk diri saya sendiri yang mungkin juga berguna bagi anda yang membaca blog ini.

Ketika Rasulullah SAW mendapatkan pertannyaan dari sahabatnya tentang apa yang harus di nafkahkan, Allah menurunkan wahyu kepada RasulNya untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban Al-Afwa – seluruhnya (yang lebih dari keperluan) – QS 2:219. Kemudian di ayat-ayat lain Allah mengancam orang-orang yang tidak menafkahkan hartanya di Jalan Allah (lihat QS 104:1-3 ; QS 9:24 ; QS 9:34-35).

Dengan perintah menafkahkan harta di jalan Allah beserta ancamannya apabila tidak melakukan yang demikian, tidak berarti juga kita boleh mentelantarkan diri, keluarga dan ahli waris kita. Ada empat penggunaan harta yang dibatasi seperlunya, yaitu :

1) Untuk diri sendiri : lihat QS 57:27 dan QS 7:32 dan juga hadits Rasulullah SAW yang berbunyi “Sungguh jasadmu punya hak atas kamu, matamu punya hak atas kamu, istrimu punya hak atas kamu, dan tamumu-pun punya hak atas kamu “ HR. Bukhari.
2) Untuk keluarga sebagaimana dalam hadits :’ Mulai sedekahmu pada orang yang menjadi tanggunganmu” HR. Bukhari.
3) Untuk mengantisipasi kebutuhan dharurat sebagaimana hadits : “Pegang sebagian hartamu, hal ini dianjurkan untukmu (sebagai cadangan untuk kebutuhan masa depan)”. HR. Bukhari – Kitab Zakat
4) Untuk Ahli Waris sebagaimana ayat “ Hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka kawatir terhadap (kesejahteraan) mereka”. dan juga hadits Rasulullah yang berbunyi :”meninggalkan tanggungan (keluargamu) dalam kemakmuran adalah lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam kondisi miskin dan bergantung pada belas kasihan orang lain. Setiap pengeluaranmu untuk keluargamu adalah sedeqah meskipun hanya sesuap makanan yang engkau suapkan ke mulut istrimu”. (HR. Bukhari – Kitab Wasiyat)

Empat hal tersebut boleh dan bahkan dianjurkan, namun kriteria batasannya adalah seperlunya. Penggunaan harta yang tidak dibatasi dengan kriteria ‘seperlunya’ adalah hanya untuk kebutuhan Fi Sabilillah seperti dalam QS 2:219 tersebut diatas.

Lantas bagaimana kita mengetahui kebutuhan yang seperlunya tersebut ?; Setiap diri kita dilengkapi ilham oleh Allah swt. sebagaimana ayat “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya” (QS 91:8). Ilham ini juga berlaku untuk mengetahui tingkat ‘keperluan’ harta kita untuk 4 hal tersebut diatas. Mata hati kita tahu sebenarnya berapa yang kita butuhkan untuk diri sendiri, keluarga, dan ahli waris.

Hanya saja untuk mengantisipasi kebutuhan keluarga kita, kebutuhan anak kita untuk sekolah 18 tahun yang akan datang menjadi sulit kalau kita menggunakan alat ukur yang tidak adil – yang tidak memiliki nilai daya beli tetap dalam rentang waktu yang menengah panjang. Untuk rencana pendidikan anak kita sampai selesai S1 yang sekarang baru lahir kita butuhkan berapa ? tentu tidak mudah apabila kita gunakan nilai Rupiah ataupun Dollar dalam perhitungannya – karena daya beli nilai uang kertas tersebut terus mengalami penurunan dari waktu ke waktu.

Disinilah perlunya umat Islam menggunakan uangnya sendiri yang adil sepanjang zaman, yang memiliki daya beli tetap sejak zaman Rasulullah SAW sampai sekarang yaitu Dinar dan Dirham.

Dengan menggunakan mata uang atau timbangan yang adil, kita dapat mengalokasikan harta kita secara adil pula untuk 4 hal yang dibatasi ‘keperluan’ tersebut diatas dan sisanya kita harus infaqkan di jalan Allah ; atau terus diputar dalam usaha namun hasilnya memang diniatkan untuk infaq di jalan Allah.

Dengan timbangan yang adil berupa Dinar dan Dirham tersebut kita berharap semoga Asset kita di dunia tetap menjadi asset di Akhirat karena kita infaqkan sesuai haknya, kita juga berlindung dari asset dunia yang menjadi liability di Akhirat. Wallahu A’lam bi Showab. Ini nasihat untuk diri saya sendiri yang mungkin juga berguna bagi anda yang membaca blog ini.

Wallahu A’lam bi Showab.


Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

Bisnis Mandiri adalah Job Security untuk kita semua

Ketika baru tamat sekolah, rata-rata kita dan orangtua kita sangat berbahagia bila kita langsung dapat bekerja di perusahaan atau institusi ternama. (Calon) Mertua kitapun merelakan anaknya kita nikahi, karena rata-rata (calon) mertua merasa nyaman bila sang (calon) menantu sudah bekerja. Sebaliknya orangtua maupun (calon) mertua rata-rata tidak merasa nyaman bila kita tidak berusaha mencari 'kerja' melainkan belajar usaha sendiri misalnya. Fenomena ini terjadi karena ilusi kemapanan yang tercipta oleh pemahaman yang tidak sepenuhnya benar tentang keamanan pekerjaan atau "job security".

Pemahaman umum bahwa perusahaan besar atau institusi ternama lebih mampu memberikan "job security", tidak sepenuhnya atau selamanya benar. Tahukah anda bahwa bila karir anda menanjak dengan cepat, ini juga bisa berakibat anda kehilangan pekerjaan dengan cepat? Kok bisa?

Ambil contohnya adalah bila anda seorang karyawan, kemungkinan besarnya anda ingin secepatnya naik pangkat dan menjadi direksi. Justru ketika anda mencapai cita-cita anda menjadi direksi, saat inilah anda kehilangan "job security" yang diidamkan oleh orang tua dan mertua tersebut di atas. Rata-rata direksi bekerja dengan kontrak 3 s/d 5 tahun per periodenya, mereka bisa menjabat rata-rata sampai dua periode. Maka ketika seorang karyawan mencapai posisi direksi, dia harus siap kehilangan pekerjaannya dalam rentang waktu 6 s/d 10 tahun lagi paling lama.

Kalau begitu apakah berarti enakan jadi karyawan biasa saja sampai pensiun? Tidak juga demikian, meskipun realitanya sebagian terbesar karyawan akan tetap menjadi karyawan sampai pensiun, karyawan-karyawan cemerlang di setiap perusahaan atau institusi pasti bercita-cita ingin mencapai puncak karir di perusahaan atau institusinya. Disinilah letak paradox-nya, justru ketika dia benar-benar mencapai karir puncaknya, bisa jadi saat itu pula dia kehilangan "job security"-nya.

Lantas bagaimana kita bisa menciptakan "job security" yang sesungguhnya, yang bisa kita nikmati sampai usia pensiun sekalipun? "Job security" ini justru ada di bidang usaha yang selama ini dipersepsikan paling tidak aman, yaitu pengusaha atau lebih spesifiknya pedagang. Kok bisa?

Bila anda bisa berdagang, anda tidak perlu khawatir dengan pekerjaan anda. Di jaman Rasulullah SAW, percaya diri-nya pedagang ini terwakili oleh kisah Abdur Rahman Ibn 'Auf di bawah ini:
Telah bercerita kepada kami (Isma'il ibn Abdullah) berkata, telah bercerita kepadaku (Ibrahim ibn Sa'ad) dari (bapaknya) dari (kakeknya) berkata; Ketika mereka (kaum Muhajirin) telah tiba di Madinah, Rasulullah SAW mempersaudarakan 'Abdur Rahman ibn 'Auf dengan Sa'ad ibn al-Rabi'. Sa'ad berkata kepada 'Abdur Rahman,"aku adalah orang Anshar yang paling banyak hartanya, maka hartaku aku akan bagi dua dan aku mempunyai dua istri, maka lihatlah mana di antara keduanya yang menarik hatimu dan sebut kepadaku, nanti aku akan ceraikan dan apabila telah selesai masa iddahnya silahkan kamu menikahinya". 'Abdur Rahman berkata,"Semoga ALLAH memberkatimu pada keluarga dan hartamu. Dimanakah letak pasar-pasar kalian?". Maka mereka menunjukkan pasar Bani Qainuqa'. Dia tidak kembali dari pasar melainkan dengan membawa keju dan minyak samin yang banyak. Lalu dia terus berdagang hingga pada suatu hari dia datang dengan mengenakan pakaian dan wewangian yang bagus. Nabi SAW bertanya kepadanya,"Bagaimana keadaanmu?". 'Abdur Rahman menjawab,"Sebiji emas atau seberat biji emas". Dalam hal ini Ibrahim ragu jumlahnya yang pasti. (HR Bukhari).

Abdur Rahman ibn 'Auf tidak tertarik dengan harta halal yang ditawarkan saudaranya, karena dia "percaya diri" bisa mencarinya sendiri dengan cukup melalui perdagangan. Abdur Rahman ibn 'Auf kemudian tercatat dalam sejarah islam menjadi orang yang sangat kaya di negeri yang baru Madinah sampai akhir hayatnya. Meskipun ketika dia berhijrah, dia tidak membawa hartanya yang dia tinggal di Mekkah.

Bukan hanya kaya raya, dia juga termasuk salah satu sahabat yang dijamin masuk surga. Artinya perdagangan yang dia lakukan sampai membuatnya kaya, tidak melanggar sedikitpun ketentuan syariat agama ini. Sebab bila ada sedikit saja yang dia langgar, kemungkinannya dia tidak bisa dijamin masuk surga.

Belajar ber-bisnis mandiri (berdagang) seperti yang dilakukan oleh Abdur Rahman ibn 'Auf tersebutlah yang perlu kita lakukan untuk memperoleh "job security" yang sesungguhnya. Yang perlu kita ketahui hanyalah di mana ada pasar, kemudian melihat apa-apa yang dibutuhkan orang di pasar. Bila kita bisa selalu memenuhi kebutuhan orang di pasar tersebut, itulah bisnis mandiri dan "job security" kita.

Wa Allahu A'lam

Ayo kita mem-bangun bisnis mandiri http://kantor-di-rumah.com menuju bisnis mancanegara http://eksportir-indonesia.com

Note: Bila Anda ingin sharing belajar bersama bisnis mandiri, insyaAllah Anda bisa bergabung di "Bale Inspirasi" dengan mengirimkan CV Anda ke nrachmanbiz@gmail.com. Pertemuan regular dijawalkan akan mulai dilaksanakan di buan Desember 2012 ini.


Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

Reducing, Preserving or Producing

Dalam kaitannya dengan pengaruh terhadap dinamika kemakmuran anda, aset-aset anda dapat dikategorikan menjadi tiga jenis aset yaitu yang disebut "Wealth Reducing Assets"; aset yang justru menggerogoti kemakmuran anda, "Wealth Preserving Assets"; aset yang mampu mempertahankan kemakmuran anda, dan "Wealth Producing Assets"; aset yang meningkatkan kemakmuran anda. Pengetahuan akan ketiganya akan meningkatkan kemampuan anda mengelola aset-aset anda secara maksimal, untuk kemakmuran anda sendiri dan orang-orang di sekitar anda.

Mungkin anda bertanya,"kok ada jenis aset yang justru menggerogoti kemakmuran?". Ilistrasinya begini, bila anda sekarang memiliki uang Rp.5.000,-, uang tersebut anda belikan beras 1 kg yang cukup untuk konsumsi anda sekeluarga dalam dua hari. Bila uang anda tersebut tidak dibelikan beras sekarang, disimpan dengan jumlah yang sama, maka 4 tahun lagi uang yang sama tersebut hanya cukup untuk membeli 0,5 kg beras, yang cukup untuk konsumsi 1 hari. Jadi dalam hal ini uang kertas yang anda pegang/simpan saja, akan menjadi "Wealth Reducing Asset" atau aset yang mengurangi kemakmuran anda.

Tidak hanya Rupiah, hal yang sama terjadi pada Dollar. Bila US$ 1 sekatang hampir cukup untuk membeli 1 liter bensin di pom-pom bensin asing yang kini marak di Jabodetabek, lima tahun lagi uang Dollar yang sama tidak akan cukup untuk membeli 1/2 liter bensin. Jadi Dollar anda juga termasuk kategori "Wealth Reducing Asset".

Bahkan, ketika Rupiah atau Dollar tersebut didepositokan dengan hasil rata-rata 7% untuk Rupiah dan 2.5% untuk Dollar, dalam lima tahun terakhir sejak Januari 2006, Rupiah dan Dollar ini tetap menjadi "Wealth Reducing Assets" karena pertumbuhan nilainya kalah dengan inflasi yang menurunkan daya belinya terhadap bahan pangan misalnya.

Aset jenis kedua, "Wealth Preserving Assets" adalah aset yang sekadar mampu menjaga tingkat kemakmuran yang sama bila aset tersebut anda pegang atau simpan. Rumah yang anda tinggali misalnya, meskipun dalam Rupiah nilainya terus naik, tetapi tidak membuat anda bertambah makmur. Lha wong rumahnya tetap yang itu kok.

Contoh lain yang sangat kongkrit adalah Emas atau Dinar anda, bila anda simpan kapanpun meski nilainya dalam Rupiah menjadi berlipat-lipat, tetap tidak akan mampu meningkatkan kemakmuran anda. Dinar atau Emas hanya akan mampu mempertahankan kemakmuran anda, sebagai "Wealth Preserving Assets", karena satu Dinar anda tetap setara satu ekor kambing selama lebih dari 1400 tahun!.

Tahun 1966 ketika pendapatan per kapita kita masih di angka US$ 200 , itu setara dengan 42 ekor kambing saat itu. Ketika pendapatan per kapita kita mencapai US$ 900 dalam 32 tahun kemudian tahun 1997, itu setara dengan 20 ekor kambing. Tahun ini, pendapatan per kapita kita meningkat menjadi di kisaran US$ 3,250 , tetapi ini hanya setara sekitar 14 ekor kambing kelas baik atau setara sekitar 14 Dinar saja ! Jadi sebenarnya tingkat kemakmuran kita saat ini tahun 2012 hanyalah 1/3 tingkat kemakmuran di-tahun 1966, padahal pada tahun 1966 terdapat pemotongan uang Rupiah.

Bila memegang Rupiah atau Dollar membuat kemakmuran berkurang, memegang Emas atau Dinar membuat kemakmuran bertahan, lantas aset dalam bentuk apa yang bisa kita pegang yang membuat kemakmuran meningkat? Ada dua solusi untuk ini:

Pertama, aset-aset anda dijadikan aset yang memang tumbuh atau bertambah secara fisik atau bertambah secara significant nilainya, sehingga mampu mengalahkan inflasi, seperti menanam pohon, memelihara kambing, memproduksi kerajinan, memproses berbagai bahan baku menjadi produk jadi yang bernilai lebih, dlsb.

Kedua, aset anda dijadikan modal yang terus berputar. Kalau aset anda berputar seminggu sekali saja dengan hasil bersih 1%, pertumbuhan aset anda sudah akan seperti pertumbuhan asetnya Abdurahman ibn 'Auf. Jadi aset yang digunakan untuk menumbuhkan benda riil, men-create nilai tambah, atau terus berputar sebagai modal adalah aset yang akan menjadi "Wealth Producing Assets", atau aset-aset yang akan meningkatkan kemakmuran anda.

Jadi aset Rupiah dan Dollar yang didepositokan (apalagi bila disimpan dibawah bantal) akan terus menurun daya belinya terhadap benda riil, menggunakan harga emas (=harga kambing) yang digunakan sebagai standar referensi. Lalu untuk Emas atau Dinar sendiri berdaya beli datar/tetap. Sedangkan aset anda yang digunakan sebagai modal dagang ala Abdurahman ibn 'Auf meningkat dengan pesat.

Agar kedepannya lebih banyak aset-aset anda menjadi "Wealth Producing Assets", temukanlah ide-ide cemerlang untuk ber-bisnis mandiri, tingkatkanlah jiwa entrepreneur dalam diri kita. InsyaAllah aset anda bukan hanya akan meningkatkan kemakmuran anda sendiri, tetapi juga bermanfaat untuk ikut meningkatkan kemakmuran orang lain. InsyaAllah.

Wa Allahu A'lam.

http://eksportir-indonesia.com


Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

TIPS MEMBANGUN USAHA

1.   Selalu mulai usaha Anda dengan doa dan sholat Istigharah, libatkan ALLAH SWT sebelum memulai bisnis anda, ingatlah ALLAH SWT yang memberi kesuksesan. Perbanyaklah sholat Dhuha setiap hari...

2.   Buat perencanaan untuk produk, harga, tempat, strategi promosi dan perencanaan keuangan yang baik.

3.   Pastikan ada permintaan pasar yang nyata dari produk anda, uji kelayakan pasar secara nyata. Jangan melakukan sesuatu berdasarkan asumsi.

4.   Milikilah passion dalam bisnis anda. Passion yg tinggi membantu anda dalam situasi sulit kreatif dan inovatif mencari terobosan baru.

5.   Lakukanlah segala sesuatu dengan baik dan jadilah yang terbaik dalam bidang atau kategori bisnis anda.

6.   Carilah diferensiasi dari produk anda dan jadikan bisnis anda berbeda dengan produk yang lain.

7.   Bekerja keras pada pengembangan konsep bisnis, dan produk, kemudian lakukan improvisasi. Bicaralah dengan para ahli dan berkonsultasi dengan mereka.

8.   Tentukanlah visi dalam bisnis anda, gambarkanlah akan seperti apa bisnis anda tiga tahun ke depan.

9.   Apakah jelas dalam pikiran anda apa yang anda lakukan dan bagaimana anda akan membuatnya bekerja? apakah anda focus ?.

10. Pastikan anda memilih lokasi yang strategis bagi usaha anda.

11. Lakukan strategi pemasaran yang tepat. Pasar adalah awal dan akhir bisnis anda.

12. Fokus kapada Pelanggan adalah penting, berikanlah sesuatu yang lebih dari yang mereka harapkan.

13. Melakukan penelitian menyeluruh di pasar dan dapatkan informasi yang dibutuhkan. Ini penting untuk market survey.

14. Realistis dan objektif dalam melakukan prediksi dan jangan terlalu bersemangat manakala anda sedang sangat berminat dalam suatu bisnis

15. Pastikan anda mempersiapkan rencana bisnis (Business Plan) yang nyata untuk usaha anda tersebut.

16. Meskipun usaha anda adalah usaha kecil namun membuat rencana bisnis yang baik sangat penting.

17. Sebuah rencana bisnis adalah tidak kaku, tetapi harus disesuaikan dengan perubahan yang tak terduga internal dan eksternal

18. Siapkan modal kerja untuk beberapa bulan ke depan. Ini penting untuk kelangsungan usaha anda.

19. Anda adalah pemilik bisnis sekaligus manajer bisnis. Kuasailah pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola bisnis anda.

20. Pastikan anda tahu cara menjalankan bisnis dan bagaimana pasar, bagaimana berurusan dengan pelanggan.

21. Pastikan Anda tahu cara bagaimana mengelola karyawan, dan bagaimana mengelola keuangan dan hal teknis proses bisnis

22. Lakukan efisiensi manakala bisnis sedang dimulai misalnya pilihlah lembur dibandingkan mempekerjakan orang lain.

23. Selalu inovatif dalam menjalankan bisnis.

24. Lebih baik fokus pada sedikit produk dan mencoba menjual kepada lebih banyak pelanggan, dari pada menjual lebih banyak produk untuk beberapa pelanggan.

25. Fokus pada prioritas, dan jangan buang waktu anda pada kegiatan yang tidak relevan.

26. Jangan mengandalkan satu pelanggan dan satu pemasok. Ini adalah bunuh diri bisnis. Berusahalah utk meningkatkan jumlah keduanya.

27. Jangan menjadikan konsumen hanya sebagai sumber profit, bangun relasi dengan konsumen, ini bisa meningkatkan loyalitas konsumen.

28. Sebelum anda menghabiskan terlalu banyak pada beberapa promosi, lebih baik mengujinya pada survey skala kecil untuk berkonsultasi dengan ahli.

29. Pertahankan kualitas terbaik, banyak konsumen lari ke pesaing karena kualitas layanan dan produk kita menurun.

30. Selalu ada resiko dalam bisnis, Jika anda gagal dalam langkah bisnis, carilah pelajaran dan anda akan memiliki pengalaman di dalamnya.

Wa Allahu A’lam


Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas: