kantor di rumah

kantor di rumah (Small Office Home Office) adalah Solusi Bisnis untuk kita bersama. Analisa, Strategi, Promosi dan Ikhtiar ber-bisnis mandiri kita bahas bersama di sini.

Jl. Prof DR Lafran Pane No.26, Cimanggis, Depok. | SMS +62-812-8000-7019

Membangun bisnis mandiri skala International

Membangun bisnis mandiri Eksportir Indonesia bersama pebisnis Korea, China dan Malaysia.

http://eksportir-indonesia.com | email:eksportir.indonesia@gmail.com

Bersama kita bisa...!!!

Bersama-sama membangun Bisnis Mandiri untuk mendapatkan Kebebasan Waktu dan Kebebasan Finansial bersama komunitas kantor di rumah.

Komunitas Kantor di Rumah: http://facebook.com/kantor.di.rumah.

Kebebasan Waktu dan Kebebasan Finansial

Dengan memiliki Bisnis Mandiri yang baik dan stabil, kebebasan waktu dan kebebasan finansial dapat kita miliki sehingga kita memiliki waktu yang berkualitas untuk beribadah dan keluarga.

Dari Rumah hingga ke mancanegara

Dengan ide yang cemerlang, kita bisa memiliki bisnis dari kantor di rumah hingga ke Mancanegara...

http://eksportir-indonesia.com

Cashless World: Who Will be Able To Buy & Sell - A Lesson In Prophetic History

Sejumlah tokoh terkemuka Amerika seperti  Benjamin Franklin, Thomas Jefferson, dan Andrew Jackson telah menyerukan perlawanan terhadap kebijakan bank sentral yang hari ini masih berlaku di seluruh Eropa.

Seratus tahun yang lalu, pada tahun 1907 terjadi kepanikan  pada sistem perbankan Amerika karena pengumuman pailit dari bank terkemuka di New York J.P Morgan. Hasilnya? Penarikan besar-besaran nasabah atas uang mereka di seluruh sistem perbankan. Hal ini memaksa bank untuk menarik pinjaman mereka pada kreditor. Kebangkrutan, perpindahan kepemilikan, dan kekacauan finansial pun terjadi.

“Beri saya kewenangan mencetak uang dan mengontrol suplay uang, dan saya tidak peduli siapa yang membuat hukum. (Mayer Amschel Rothschild, Pendiri  Dinasti Perbankan Rothschild)

“Dengan berlanjutnya proses inflasi, pemerintah dapat menyita secara rahasia dan tanpa sepengetahuan kekayaan warga negaranya...Tidak ada cara yang lebih halus dan pasti untuk meruntuhkan basis masyarakat dari menghancurkan mata uangnya. Proses ini melibatkan seluruh kekuatan ekonomi yang terselubung  untuk menghancurkannya  dan belum tentu satu dari satu juta orang dapat mengendusnya.” (John Maynard Keynes)

“Yang kaya berjuang mempertahankan dominasi mereka dan memperbudak yang lain. Mereka selalu melakukannya. Mereka selalu mendapatkan efek yang sama dimanapun jua, bila kita tidak (dengan kekuatan pemerintah) menempatkan mereka pada sistem yang seharusnya. ” (Gubernur Morris of Pennsylvania)

Sebuah Pelajaran dimana George Bush tidak pernah mempelajarinya
“Saya percaya bahwa institusi perbankan lebih berbahaya bagi kemerdekaan kita dibanding angkatan bersenjata …Bila rakyat Amerika sampai memberi izin bank swasta untuk mencetak uang (Bank Sentral AS The Fed adalah bank swasta), maka awalnya akan terjadi inflasi, yang diikuti dengan deflasi, hingga bank dan korporasi mengambil seluruh property rakyat  hingga anak-anak mereka bangun dalam keadaan tidak punya rumah di tanah yang dulunya dikuasai ayah mereka." (Thomas Jefferson – 1743-1826)

“Saya berharap ada kemungkinan untuk melakukan amandemen tunggal terhadap konsitusi kita- mengambil dari pemerintah Federal wewenang mereka untuk memberi utang.” (Thomas Jefferson – 1798)

“Ini tidak hanya masalah warga negara kita yang berhak menerima keamanan dari pemerintah. Lebih dari 8 juta saham bank sentral kita dimiliki oleh orang asing...apakah ini tidak berbahaya bagi independensi kita dalam perbankan, dimana wewenang pemerintah di dalamnya sangat sedikit?....mengontrol mata uang kita, menerima uang dari rakyat, dan menahan ribuan warga negara kita dalam ketergantungan,...ini akan lebih dahsyat dan berbahaya dari kekuatan militer yang ada pada musuh."  (President Andrew Jackson – July 10, 1832)

Ingat kasus Perang Sipil?

Untuk membiayai Perang Sipil di utara ,Lincoln mendekati bank-bank Eropa yang dikelola oleh Rothschilds pada tahun 1861.Mereka meminta bunga (riba) 24% hingga 36% .Lincoln menolak dan sebaliknya meloloskan the Legal Tender Act of 1862.

Dibawah undang-undang baru ini  Lincoln mencetak US$449.338.902 uang bebas bunga,  yang dikenal dengan “Greenbacks”, disebut demikian karena menggunakan tinta yang berwarna hijau.
Greenbacks menjadi alat bayar yang sah untuk melunasi seluruh utang, baik utang publik atau swasta yang digunakan untuk membiayai perang sipil.

(Kita tidak meminjam uang, kita hanya menggunakan uang ini untuk memerangi ketidakadilan)
“Pemerintah harus mengeluarkan, mencetak, dan mengedarkan uang dan utang yang diperlukan untuk memuaskan wewenang pemerintah dalam anggaran belanja... Hak istimewa untuk mencetak uang tidak hanya hak prerogratif tertinggi pemerintah, tetapi ini adalah kesempatan kreatif terbesar. Dengan mengadopsi prinsip ini keinginan tak terbatas kelas menengah dapat dipuaskan. Para pembayar pajak juga akan mendapat keuntungan yang amat besar.…” (Abraham Lincoln)

Sebuah editorial di LONDON TIMES mengungkapkan  sentimen para bankir Eropa :
“Bila kebijakan keuangan yang nakal ini, yang berasal dari Amerika Utara, menjadi kebijakan yang permanen, maka pemerintah dapat menyediakan uangnya sendiri tanpa biaya. Mereka akan dapat melunasi utangnya dan menjadi bebas utang. Hal ini akan membuat pemerintah mendatangkan sejumlah uang untuk menjalankan bisnisnya. Pemerintah akan menjadi kaya tanpa preseden sepanjang sejarah dunia. Otak dan kekayaan seluruh negeri akan lari ke Amerika Utara. Negara itu mesti dihancurkan atau mereka akan menghancurkan setiap monarki di dunia.” ( London Times – 1865)

Pada 1864, Presiden Abraham Lincoln bertemu dengan  Kaisar Rusia, Alexander II (1855 – 1881), dimana sang Kaisar merasa mendapat masalah dengan  Rothschilds seiring dengan penolakannya terhadap upaya gencar Rothschilds untuk menguasai bank sentral Rusia.

President Lincoln meminta Kaisar untuk membantu perang sipil dan Kaisar mengirim sebagian armada kapal untuk berlabuh di New York dan sebagian lainnya berlabuh di California.

Kaisar memberi sinyal yang kuat ke Inggris,Perancis, dan Spanyol bahwa bila mereka menyerang Amerika, maka Kaisar akan berpihak ke  Presiden Lincoln.
Lincoln akhirnya  memenangkan perang sipil.

Pada 1865, dalam sebuah pernyataan ke  Kongres, Presiden Abraham Lincoln menyatakan :
“Saya punya dua musuh, Tentara Selatan di depan saya, dan institusi finansial di belakang. Di antara keduanya, yang di belakang  adalah musuh saya yang terbesar .”
Setahun setelah pernyatann itu  President Abraham Lincoln terbunuh.

“Siapa saja yang mengatur volume uang di negara kita adalah benar-benar master dari seluruh industri dan perdagangan...dan ketika Anda menyadari bahwa seluruh sistem dengan mudahnya dikuasai, dengan satu dan lain cara, oleh segelintir orang kuat di puncak, Anda tidak akan pernah dapat menjelaskan berapa periode inflasi dan depresi akan terjadi.” (President James A. Garfield, 1881)

“Sebuah negara industri yang kuat dikontrol oleh sistem utang. Sistem utang kita terkonsentrasi pada swasta dan pertumbuhan ekonomi negara,  oleh karenanya seluruh aktivitas kita berada di tangan segelintir orang....kita menjadi salah satu negara dengan undang-undang terburuk, satu dari peradaban yang benar-benar dikontrol dan didominasi oleh pemerintah, menjadi negara tanpa kebebasan berpendapat, kebebasan memilih, tetapi negara dengan pendapat yang dipaksakan oleh sebuah kelompok kecil yang dominan.” (Woodrow Wilson – The New Freedom: A Call for the Emancipation of the Generous Energies of a People).

Dekade selanjutnya dari abad 21, kita akan melihat perubahan yang tidak pernah terjadi sebelumnya dalam ekonomi global dimana pada abad 17 transaksi non-tunai dikontrol oleh segelintir orang saja.

Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

Kesalahan Fatal di Zaman Ini.

Anda tahu kilogram, meter dan liter ?, apa persamaan ketiganya ?. Ketiganya mewakili satuan pengukuran, yaitu masing-masing untuk mengukur berat, mengukur panjang dan mengukur volume. Berbeda gunanya, tetapi satuan ini sama di seluruh dunia dan tidak berubah sejak pertama kali digunakan dalam peradaban manusia.

Anda tentu juga sangat tahu tentang Rupiah, Dollar dan Riyal ?, ketiganya adalah satuan mata uang untuk tiga negara yang berbeda. Ketiganya berfungsi untuk mengukur nilai (unit of account) atau menilai harga barang-barang dan jasa. Ketiganya tidak bernilai tetap, cenderung terus menurun dan satu mata uang berbeda laju penurunannya dibandingkan dengan mata uang yang lain.

Kelompok pertama bernilai tetap dan berlaku sepanjang jaman meskipun dikonversi dengan sebutan yang berbeda. Misalnya 1 kg, bisa dikonversi menjadi pound dengan nilai 2.20462. Kilogramnya tetap dan pound-nya juga tetap.
1 meter bisa dikonversi menjadi 3.28084 feet, meternya tetap dan feet-nya juga tetap. 1 liter bisa dikonversi menjadi 0.264172 galon, liternya tetap dan galonnya-pun tetap.

Jadi dalam urusan berat, panjang dan volume ada satuan-satuan yang dipakai secara baku di seluruh dunia, bisa disebut secara berbeda tetapi masing-masing jenis satuan selalu bisa dikonversikan ke yang lain dengan nilai konversi yang tetap.

Ironinya adalah dalam urusan yang tidak kalah pentingnya dengan menimbang berat, mengukur panjang dan menakar volume – yaitu urusan menentukan nilai, ternyata manusia modern tidak memiliki satuan yang baku. Masing-masing negara memiliki satuannya sendiri, tetapi negara-negara tersebut tidak pada bisa menjaganya menjadi satuan yang baku.

Walhasil ketika dikonversikan ke satuan nilai negara lain, hasilnya juga tidak baku. 1 Rupiah sekarang sangat berbeda dengan 1 Rupiah yang sama tahun 2000. 1 Dollar sekarang berbeda dengan 1 Dollar tahun 2000. Kalau dikonversikan di antara keduanya dari Rupiah ke Dollar atau sebaliknya, hasilnya tidak pernah sama dari satu waktu ke waktu yang lain.

Ternyata timbangan nilai yang dipakai manusia modern justru sangat tidak reliable, tidak berfungsi dengan semestinya. Timbangan berupa mata uang kertas yang seharusnya berfungsi tiga yaitu sebagai penentu nilai (unit of account), penyimpan nilai (store of value) dan alat tukar (medium of exchange), ternyata hanya fungsi yang terakhir yang berjalan.

Bila Anda membuat program komputer untuk menjalankan serangkaian fungsi, tetapi ternyata yang berfungsi hanya satu dari sekian fungsi yang seharusnya – apa yang terjadi ? itulah Error !. Karena uang kertas adalah produk peradaban yang seharusnya berfungsi tiga tadi tetapi ternyata hanya satu yang jalan, maka saya menyebutnya sebagai Error Peradaban.

Untuk lebih mudah memahami Error Peradaban ini, saya buatkan ilustrasi sebagai berikut :
Bayangkan dahulu kala di jaman Majapahit, ada seorang petani kaya yang memperkerjakan sejumlah buruh tani untuk menanam padi. Kepada masing-masing buruh tani ini dijanjikan upahnya nanti pada saat panen masing-masing akan memperoleh gabah seberat 25 bakul.

Ketika panen tiba, petani kaya membagikan upah ke masing-masing buruh 25 bakul dan semuanya senang karena itu cukup untuk makan sekeluarganya sampai panen berikutnya.

Musim panen berikutnya petani kaya waktunya membagi lagi 25 bakul untuk masing-masing buruh taninya, tetapi bakul yang dipakainya bukan lagi bakul yang dahulu. Petani kaya menggunakan bakul yang sedikit lebih kecil, tanpa menyadarinya si petani menerima bayarannya dan membawa pulang 25 bakul gabah.

Begitu seterusnya setiap musim panen tiba, petani kaya selalu memiliki bakul baru yang sedikit lebih kecil ukurannya untuk menakar upah para buruh taninya.  Maka sekian musim panen berlalu, petani selalu membawa pulang 25 bakul gabah untuk keluarganya. Tetapi kok gabah yang diterimanya semakin tidak cukup dan terus semakin tidak cukup.

Apa yang terjadi dengan bakul yang mengecil itulah yang terjadi dengan temuan peradaban manusia modern yang disebut uang kertas itu. Namanya inflasi yang ‘menggerogoti bakul’ sehingga makin lama makin kecil – tanpa kita sadari.

Tahun 1995 seorang manager di perusahaan menengah bergaji Rp 10 juta, kini untuk posisi yang sama gajinya Rp 40 juta. Mana yang lebih tinggi ?, tahun 1995 gaji 10 juta setara dengan sekitar  80 Dinar atau 80 ekor kambing ukuran baik. Kini Rp 40 juta hanya setara dengan 18 Dinar atau 18 ekor kambing ukuran baik. Anda bisa cek perhitungan ini dengan Kalkulator Dinar di menu situs www.rumah-hikmah.com.

Seorang manager di perusahaan menengah tahun 1995 mampu memikul biaya hidup bagi keluarga besarnya, orang tuanya, adik-adiknya, ponakannya dlsb. disamping tentu keluarganya sendiri . Seorang manager perusahaan menengah sekarang mungkin hanya cukup untuk menghidupi keluarganya sendiri.

Apa penyebabnya ?, karerna harga barang-barang kebutuhan menjadi mahal ?, betul memang faktanya biaya hidup tambah mahal. Tetapi apa yang membuatnya mahal ?, itulah ‘bakul yang mengecil’ tadi yang di peradaban manusia modern disebut inflasi.

Lantas apakah solusinya para karyawan di jaman ini rame-rame minta naik gaji ?, bukan itu solusinya karena perusahaan tempatnya bekerja juga belum tentu tumbuh. Dia mengira hasilnya tumbuh karena menakarnya dengan bakul yang sama – yaitu bakul yang mengecil.

Tempat si manager bekerja tersebut tahun 1995 memiliki aset Rp 100 milyar dan kini asetnya mencapai Rp 1  trilyun, apa perusahaan bener-bener tumbuh selama ini ?. Untuk mengetahuinya lagi-lagi kita dapat gunakan Kalkulator Dinar yang sama.

Rp 100 milyar tahun 1995 adalah setara 805,153 Dinar (tahun 1995 perusahaan memiliki 805,153 ekor kambing !), sedangkan Rp 1 trilyun kini hanya setara 441,228 Dinar ! (tinggal 441,228 ekor kambing !). Jadi perusahaan tidak mampu menaikkan kesejahteraan para karyawan dan manajernya karena perusaan sendiri aset-nya juga ternyata menyusut tanpa sadar.

Jadi yang membuat penurunan kwalitas hidup manusia modern itu antara lain adalah tidak berfungsinya satuan timbangan yang baku yaitu satuan timbangan yang sangat penting yang digunakan sehari-hari untuk menentukan upah buruh, mengukur aset perusahaan dlsb – itulah satuan mata uang fiat.

Tanpa satuan yang baku, kita tidak bisa mencanangkan target secara akurat untuk peningkatan kwalitas hidup individu atau pertumbuhan aset bagi perusahaan. Target-target yang kita capai selama ini yang diukur dengan Rupiah, Dollar ataupun mata uang kertas lainnya – adalah target semu, yang secara angka bisa saja kita capai – tetapi pada hakekatnya secara nilai tidak bener-bener  kita capai.

Untuk mencegah proses pemiskinan tanpa sadar ini terus berlanjut seperti yang dialami para buruh tani di jaman Majapahit dan juga para pegawai dan manajer di jaman ini, maka timbangan yang baku untuk mengukur nilai itu memang sudah waktunya kita gunakan. Itulah fungsi yang coba diperankan oleh Kalkulator Dinar.

Peradaban mata uang yang seharusnya memudahkan manusia untuk bisa bermuamalah secara adil satu sama lain itu, ternyata memiliki Fatal Error yang berdampak pada penurunan kwalitas hidup manusia pada umumnya. Ada dua kemungkinan yang bisa kita lakukan, membetulkan Error tersebut atau mengganti sama sekali ‘program’-nya. Saya mencoba membetulkan Error-nya dahulu, siapa tahu masih bisa dibetulkan. Wa Allahu A’lam.

http://eksportir-indonesia.com

Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

Perjalanan ke 5 Benua

Bila engkau mampu berjalan terus kebarat, melewati ujung paling barat dari negeri barat, maka engkau akan menemukan ujung paling timur dari negeri timur…”. 

Kalimat nasihat ini benar secara geografis dan benar pula secara filosofis.  Secara geografis karena bumi ini bulat, bila kita berjalan terus kebarat, kita sampai juga ke belahan bumi bagian timur. Secara filosofis benar karena segala sesuatunya telah diciptakan oleh Sang Pencipta secara berpasang-pasangan, bersama kesulitan ada kemudahan.  Maka Sang Pemimpin memulai pekerjaannya dengan secara harfiah melakukan perjalanan panjang menemui rakyatnya di lima benua, dimulai dengan perjalanan ke barat.

Benua pertama yang dikunjungi adalah benua Amerika, dia prioritaskan benua ini karena dari sinilah asal muasal kebangkrutan negeri-negeri sebelumnya.  Di belahan utara benua ini dia temui negeri yang di abad sebelumnya memimpin dunia dengan teknologi, ekonomi dan militernya. Tetapi justru karena inilah mereka sombong, mereka bertindak seolah-olah polisi dunia yang bisa menyatakan siapa yang salah dan siapa yang benar, menghukum yang dia pandangnya salah meskipun tanpa mereka bisa buktikan,  mendukung yang mereka anggap benar – sekalipun seluruh dunia menyatakannya  bersalah.

Negeri adikuasa yang adigung adiguna ini rupanya keropos di dalam, negeri ini hancur oleh kebangkrutan ekonominya yang merupakan komplikasi dari hutang-hutang yang menumpuk, ekonomi yang ribawi yang juga penuhmaisir dan gharar. Pusat bisnis kebanggaan mereka yang dikenal sebagai Jalan Tembok, tidak lebihnya seperti casino raksasa.

Kepada rakyatnya yang berdomisili di benua ini, Sang Pemimpin menasihatkan untuk meninggalkan perilaku sombong, meninggalkan riba, maisir (perjudian) dan gharar (spekulatif) dan mulai menggunakan keunggulannya di masa lalu dalam hal inovasi teknologi dan kreativitasnya untuk menggerakkan sektor riil.

Selanjutnya Sang Pemimpin menyeberangi laut ke barat, dikunjunginya benua kecil di antara timur dan barat – orang menyebutnya benua ini Australia.  Dia jumpai masyarakatnya yag pandai bertani dan berternak di tanah-tanah yang luas karena penduduknya sedikit. Sayangnya di benua ini kehidupan sosial masyarakatnya rusak karena tidak dibimbing dengan panduan hidup dari Sang Maha Kuasa.

Kepada rakyat yang bermukim di negeri ini, Sang Pemimpin menasihatkan agar mempelajari agama dengan benar – pelajari sampai akar-akarnya – sampai mereka bisa memperoleh petunjuk akan jalan hidup yang bisa membawa kebahagiaan yang sesungguhnya.

Sang Pemimpin-pun melanjutkan perjalanannya kearah barat laut menuju ujung timur dari negeri timur,  negeri-negeri ini berada di benua yang namanya Asia, benua yang ditinggali oleh bangsa-bangsa yang sangat beragam. Beberapa di antara mereka adalah pemain ekonomi yang sangat kuat di masa lampau, tetapi mereka ini hidup materialistis – nyaris tidak mengenal Sang Penciptanya. Di negeri-negeri Asia ini masih banyak penduduk yang menyembah dewa-dewa, menyembah patung dan bahkan salah satu negeri yang masyarakatnya sangat rasional dan maju di bidang ekonomi dan teknologi-pun, ternyata malah masih menyembah matahari.

Di sebagian benua Asia ini Sang Pemimpin juga menemukan bangsa di negeri kepulauan yang nampaknya sudah mengenal  Sang Penciptanya dengan lumayan baik, namun amalan mereka nampaknya belum banyak. Ini terlihat dari negeri mereka yang kaya raya dengan sumber alamnya, tetapi rakyatnya miskin – bahkan wanita-wanitanya yang seharusnya dilindungi di rumah-rumah mereka, malah sebagian mereka harus pergi ke negeri lain meninggalkan anak dan keluarganya hanya untuk mencari pekerjaan.

Ditemuinya pula bangsa yang hidup di padang pasir yang gersang, tetapi mereka memiliki sumber daya alam melimpah yang sangat dibutuhkan bangsa-bangsa lain di dunia yaitu energi.  Namun justru karena kekayaan ini mereka pada lalai, para pemimpin mereka hidup bergelimpangan dengan harta, rakyatnya-pun dimanja sehingga etos kerja dan daya saing mereka rendah. Bahkan sebagian mereka punya kebiasaan buruk tidur dari pagi hari sampai siang menjelang tengah hari,  mereka paham agamanya tetapi tidak pula melaksanakannya. Agama mereka mengajarkan berpagi-pagi mencari rizki, kitab mereka secara eksplisit menyebutkan bahwa malam untuk istirahat dan siang untuk bekerja – tetapi mereka abaikan petunjuk ini semua. Hasilnya mereka kaya dari mengeruk isi bumi, bukan karena kaya produktif dari kerja keras mereka sendiri.

Kepada rakyat yang hidup di Asia ini Sang Pemimpin menyerukan agar yang masih menyembah dewa-dewa, patung-patung dan bahkan matahari untuk belajar mengenal tuhan Sang Pencipta yang sesungguhnya, melalui jalan yang paling masuk akal untuk mereka – bukan sekedar mengikuti para pendahulu mereka. Kepada yang sudah mengenal tuhannya dengan benar, Sang Pemimpin sangat menganjurkan untuk memahami petujuk-petunjukNya sebaik mungkin, kemudian bekerja sesuai petunjuk itu – agar mereka bisa menjadi umat unggulan di muka bumi.

Sang Pemimpin melanjutkan perjalanannya ke barat,  dia jumpai benua yang dihuni oleh bangsa-bangsa yang sangat maju dalam bidang teknologi dan terbuka dalam hal pemikiran. Dijumpai pula pemimpin tertinggi dari agama yang banyak dianut di muka bumi ini.  Kepada pemimpin agama ini Sang Pemimpin menyampaikan agar memberi kesempatan kepada para pengikutnya untuk mendalami dan meneliti asal usul agama mereka, semakin mereka diberi kebebasan untuk mencari yang sedalam-dalamnya – maka mereka akan lebih dekat kepada kebenaran yang sesungguhnya.

Perjalanan dilanjutkan Sang Pemimpin ke arah barat daya, dijumpainya benua yang sangat besar namun gersang yang disebut Afrika.  Karena kegersangannya pula benua ini menjadi pusat-pusat kemiskinan dan kelaparan nyaris sepanjang masa. Tetapi benua ini pernah makmur, belasan abad silam di benua ini pernah terjadi suatu masa dimana mencari orang miskin-pun sulit. Sang Pemimpin tahu dari sejarah bahwa masa kemakmuran tersebut adalah ketika benua ini berada dalam naungan pemerintahan yang adil – pemerintahan yang menggunakan undang-undang dan system hukum yang sama dengan yang digunakan di negeri baru.

Maka untuk rakyat di benua ini Sang Pemimpin kehilangan kata-katanya karena merasa kesedihan yang luar biasa, dia takut tidak bisa berbuat adil, dia takut kalau tidak bisa berbuat adil maka kemakmuran tidak akan kunjung datang ke benua yang satu ini, dia takut karena ketidakadilannya  bisa membuat satu saja jiwa meninggal karena kelaparan – dia tidak bisa mempertanggung jawabkan amanah yang diembankan ke pundaknya.

Setelah perjalanan ke lima benua ini dia lalui, Sang Pemimpin kini mengenal rakyatnya seperti mengenal anak-anaknya sendiri. Dia bisa merasakan betapa berat penderitaan yang diderita oleh sebagian rakyatnya, dan betapa berat tanggung jawabnya sebagai pemimpin mereka.


Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas:

Membangun Bisnis Mandiri adalah Seni ?

Revolusi industri hampir tiga abad terakhir telah membawa dunia pada tingkat kemajuan yang kita nikmati sekarang. Revolusi industri ini membawa perubahan besar pada jenis pekerjaan utama masyarakat, yang semula didominasi petani menjadi didominasi buruh industri dan pekerja kerah putih penunjangnya. Kita yang hidup di jaman ini menyaksikan perubahan berikutnya, yaitu pergeseran ke arah dominasi industri jasa – yang dominan kini bukan lagi buruh atau pekerja tetapi para ‘seniman’, kok bisa ?

Yang saya maksud dengan ‘seniman’ disini tentu bukan pekerja seni yang mengasilkan karya lukis, karya musik, karya pertunjukan dlsb. Yang saya maksud seniman adalah siapa saja yang berkarya orisinal dari kreativitas dirinya sendiri, dengan karya yang belum ada sebelumnya, karya indah yang bukan hanya si seniman sendiri yang tahu keindahannya tetapi juga orang lain bisa menikmati keindahannya.

Karya seniman adalah karya yang dihasilkan dari hati, diwujudkan dengan sebuah komitmen pribadi yang tinggi, karya yang merefleksikan sang seniman karena awalnya memang memang lahir dari dia – atau dia yang membesarkannya.

Ibarat sebuah perjalanan, karya seniman ini adalah perjalanan yang belum ada di peta, perjalanan yang penuh resiko karena memang belum ada yang menempuh sebelumnya. Justru dia sang seniman-lah yang akan membuat peta, untuk kemudian orang lain mengikutinya.

Sekarang perhatikan mulai dari yang ada di  sekitar Anda, mulai dari sistem operasi komputer yang Anda gunakan untuk membaca tulisan ini, facebook, twitter, google dlsb. yang dengannya Anda menemukan tulisan ini dst. semuanya adalah karya seni yang luar biasa, original, indah dan tidak terhitung jumlah orang yang bisa ‘menikmati’ manfaatnya.

Pertanyaannya adalah itu semua kan karya orang lain – ya para seniman tadi. Lantas apa karya Anda ?

Di sinilah challenge itu. Selama Anda mempersepsikan diri Anda sebagai buruh atau pegawai di era industri,  maka Anda akan tetap bekerja pada set of rules yang sudah ada – yang dibuat oleh orang lain. Karena sudah ada yang membuatkan peta pekerjaan Anda sampai juga karir Anda, maka aman bagi Anda bila mengikuti peta itu. Tetapi sebagaimana perjalanan menggunakan peta yang sudah ada, perjalanan terjauh Anda adalah ya yang ada di peta itu.

Sebaliknya bila Anda rela menempuh perjalanan baru, diluar dari peta yang sudah pernah dibuat oleh orang lain – maka perjalanan ini memang penuh resiko – tetapi bisa juga membawa Anda ke tempat yang sama sekali baru yang belum pernah ditemukan oleh orang lain sebelumnya.

Software computer, google, facebook, twitter dlsb. adalah karya para seniman yang rela menempuh perjalanan baru yang penuh resiko. Andapun insyaallah bisa menggambar peta Anda sendiri dan menempukan tempat-tempat yang baru, yang belum pernah dijamah oleh manusia – bila Anda bukan hanya seorang pekerja tetapi Anda adalah seorang ‘seniman’ itu.
Wa Allahu A’lam.

http://eksportir-indonesia.com

Tulisan Terkait:

Info Dinar Emas: